Friday, December 3, 2010

Lokalisasi

Belum ada seminggu numpang d kost2an mbakku d bogor, daerah Jabon, Parung tepatnya, ada satu hal yang sangat menarik perhatian saya dan jadi kepikiran beberapa kali.
Hal itu adalah PSK atau pelacur atau perek. Untuk orang disekitar bogor sudah diketahui secara umum bahwa daerah jalan Parung Bogor merupakan tempat mangkal perek, tempat show mereka. Kalau anda lewat jalan itu sekitar jam setengah 8 malam saja akan terlihat banyak wanita berpakain seksi (biasanya tanktop atau kaos ketat, warnanya cerah) dan berdandan cukup menor. Mereka akan melambai-lambaikan tangan pada mobil atau motor yang lewat. Banyak yang masih muda, beberapa bahkan terlihat sangat muda, meskipun banyak juga yang sudah tante-tante. Mereka biasanya berdiri berkelompok 2 atau 3 orang dan sama sekali tidak terlihat malu atau menutupi pekerjaan mereka, mereka santai saja melenggang, mengobrol bahkan kadang masuk k warung kopi yang terletak di pinggir jalan juga.
Fenomena lokalisasi saya rasa ada d setiap kota. Contohnya gang doli Surabaya, Sarkem Yogyakarta, Gang Senggol Purwokerto, Taman Lawang Jakarta, dan lain-lain. Bahkan di Purwokerto ada hotel/motel yang memiliki pelacur tetap, jadi pelacur itu punya kamar sendiri dan tamu-tamu yang datang k hotel itu tinggal memilih mau k kamar yang mana.
Yang unik lagi kegiatan lokalisasi prostitusi ini seperti mendapat perlindungan pemerintah, mereka seperti bisnis resmi dan tidak ada tindak pidana (kecuali melacurkan anak d bawah umur). Dan juga bahkan pemerintah memberi beberapa fasilitas, misalnya dokter yang secara berkala datang dan memeriksa kesehatan pelacur-pelacur disitu. Hal ini saya ketahui pasti dilakukan di Gang Senggol Purwokerto dan Sarkem Jogja.
Tapi anehnya juga, sewaktu-waktu polisii akan melakukan razia dan menangkapi pelacur-pelacur di situ. Tapi ya paling sehari dua hari sudah dilepas dengan tebusan dan bisa mangkal lagi di tempat sebelumnya.
Jadi pertanyaanny, sebenarnya apakah tempat itu resmi dan mendapat ijin pemerintah? kalau iya, kok bisa?kita kan negara beragama dan pastinya tidak ada kebudayaan agama yang mendukung itu. Kalau tidak resmi, kok bisa tetap ada? tanya kenapa???

Categories: , ,

Related Posts:

  • Just Like JesusUntuk kesekian kalinya saya baru saja membaca bab awal dari buku Max Lucado “Just Like Jesus”. Dan lagi-lagi masih di bagian yang sama, bab awal, pembuka dimana kita diminta untuk membayangkan apa yang terjadi kalau sehari sa… Read More
  • Akibat KekalKarena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.FOR WE k… Read More
  • Pangandaran -- PLF Department GatheringSekedar catetan perjalanan saja tentang Gathering Departemen tempat saya kerja di PLF, PT Nutrifood Indonesia. Gathering ini harusnya diikuti oleh 110 orang karyawan gudang termasuk saya, tapi yang berangkat hanya sekitar 80-… Read More
  • Cari Kost (lagi)Setelah cerita sebelumnya mengenai cukup ribetnya saya dalam memilih kost saat akan bekerja di Bogor, ternyata 4 bulan setelahnya saya akan pindah kantor ke Jakarta. Tepatnya di Kawasan Industri Pulogadung, di Jalan Rawabali.… Read More
  • Thomas Alva EdisonThomas Alva Edison, seorang penemu terbesar di dunia yang menemukan sekitar 3000 penemuan dan 1.093 diantaranya telah dipatenkan. Edison dilahirkan pada tanggal 11 Februari 1847 di Milan, Ohio, Amerika Serikat dari pasangan s… Read More

0 komentar:

Copyright © 2025 Johannes Dwi Cahyo | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | BTheme.net      Up ↑