Sekedar catetan perjalanan saja tentang Gathering Departemen tempat saya kerja di PLF, PT Nutrifood Indonesia. Gathering ini harusnya diikuti oleh 110 orang karyawan gudang termasuk saya, tapi yang berangkat hanya sekitar 80-an orang. Tujuan kita pasti yaitu wilayah Pantai Pangandaran, Jawa Barat, Indonesia.
Gathering memang merupakan acara tahunan di perusahaan kami dan dilakukan biasanya per-departemen. Tahun ini kami memilih destinasi Pangandaran, mungkin karena anak-anak bosan dengan suasana puncak atau pantai yang dekat-dekat. Untuk membuat rencana gathering ini tidak mudah sama sekali. Dengan luar biasanya setelah terbentuk panitia dan penentuan tempat tujuan, ada tim yang mensurvei langsung ke Pangandaran. Luar biasa, dari situ langsung ditentukan mau memakai wisma/hotel mana dan penentuan jadwal kegitan mau apa saja selama di Pangandaran nantinya. Juga proses perijinan tidak mudah dan dibutuhkan usaha keras dari setiap pihak untuk departemen kami bisa pergi pada akhirnya. Ini dikarenakan departemen kami (PLF – Plant Logistic Finished Goods) yang mengurusi semua persiapan pengriman produk perusahaan kami, jadi kalau kami ibur tentu saja setiap kegiatan order juga akan berhenti. Ini harus diinfokan jauh hari sebelum rencana keberangkatan yang direncanakan cuma 2 minggu sebelumnya.
Mari kita mulai dari keberangkatan, untuk menyesuaikan dengan order terakhir kita rencana berangkat dari Ciawi – Bogor jam 1 dinihari. Saya, Mba Hesti dan Ci Karen rencana berangkat bersama dari kost-an kami yang berdekatan di Jalan Riau – Bogor. Rencana kita bertemu sekitar jam 12 dan kemudian naik angkot 01 seperti biasa (angkot di Bogor beroperasi 24jam). Disini saya sudah mengalami kejadian unik pertama (mari kita sebut “unik” saja ya). Saya menunggu jam 12 dengan main ke tempat kost teman saya Dito, masih di jalan Riau, sekalian membahas suatu rencana yang kita punya. Tidak sadar ternyata tiba-tiba sudah jam 23.30, saya segera pamit untuk pulang karena masih harus mengambil tas dulu di kost. Saat sampai depan kost Dito ternyata pintu gerbangnya sudah ditutup, dan ibu kost yang memegang kunci gerbangnya sudah tidur. Ditambah lagi BBM saya bunyi terus karena ternyata Mba Hesti dan Ci Karen sudah ditelpon teman-teman gudang yang bilang mereka sudah siap berangkat dan hanya menunggu kita saja. Tidak ada jalan lain, supaya cepat saya harus loncat pager sepertinya. Dan akhirnya saya memang loncat pager kost Dito yang lumayan tinggi, untung orang-orang yang ronda sudah cukup akrab dengan muka saya yang memang anak kost daerah situ, kalo ngga gerak-gerik saya memang "sangat mirip" maling.
Lanjut dah, dengan luar biasanya saya bisa ketemu mba Hesti dan ci Karen. Kita langsung ke tempat nunggu angkot, dan telpon terus datang bertubi-tubi, tapi dengan luar biasanya juga angkot 01 belum ada yang lewat, mungkin sekitar 10-15 menit kita menunggu, sampai akhirnya ada juga angkotnya. Langsung lari-larian saat sampai kantor dan disambut dengan penuh keceriaan oleh teman-teman yang semuanya sudah duduk manis di dalam bus. Saya, Mba Hesti dan Ci Karen mendapat tempat duduk persis di belakang supir, tempat favorit saya karena saya memiliki naluri kernet yang cukup tinggi (susah tidur di perjalanan, senang lihat-lihat jalan dan sekitarnya).
Rombongan kami terdiri dari dua bus. Lumayan lah kondisinya, bukan bus yang mulus-mulus kelas super executive nya OBL sih, tapi cukupan lah, sudah ber-AC juga kok. Sopir saya (*mohon maaf) sudah agak tua, dan ini juga yang menyebabkan saya jadi waspada. Saya niat awalnya mau tidur di perjalanan, karena seharian ada kegiatan terus dan belum istirahat. Tapi melihat gelagat aneh dari sopirnya, saya memutuskan untuk mengawasi dulu sesaat.
Kejadian unik selanjutnya yang kemudian bahkan membuat saya memilih untuk terjaga lebih lama adalah saat saya melihat Pak Sopir gagal meraih tuas perseneling. Memang sih kondisi gelap karena semua lampu dimatikan. Tapi menurut saya sudah seharusnya sopir menguasai penuh kendaraannya. Dan dari gelagat itu pun saya putuskan untuk mengawasi lebih lanjut sepak terjang Pak Sopir (*akhirnya dapet info nama beliau Pak Hambali).
Dan akhirnya kejadian unik yang membuat saya memutuskan untuk terjaga sebisa saya adalah saat masih di tol Bogor, bus yang kami tumpangi sempat hamper menabrak mobil, memang sih itu lebih karena kesalahan si mobil, tapi melihat cara penanganan dari Pak Sopir yang hampir-hampir tidak bisa mengerem dan mengendalikan laju bus, saya jadi semakin khawatir. Banyak-banyak berdoa deh habis itu.
Selanjutnya menyusul kejadian-kejadian lain yang membuat kami semua (penumpang bus, sekitar 40 orang) jadi sport jantung setiap saat. Mulai dari berhenti mendadak, seperti tidak tahu jalan, hampir menabrak pembatas jalan, seperti kurang awas terhadap obyek disamping-samping dan banyak lagi. Kejadian unik yang paling akan diingat mungkin ada dua lagi. Yang satu saat kami sudah di jalan menuju Bandung, ada suatu jalan yang di tengahnya diberi pembatas jalan, dari plastic tebal, sepertinya di beton di bagian bawah dan berwarna orange menyala, tiba-tiba truck di depan kami menyerempet pembatas itu dan membuatnya terlempar ke sisi lain jalan, dan disisi lain jalan umpan tersebut disambut dengan ceria oleh bus yang berjalan di arah yang berlawanan dengan kecepatan cukup tinggi sehingga menyebabkan pembatas itu terlempar kea rah bus kami. Ini murni bukan kesalahan supir kami, dan justru ini momen yang agak kasihan buat mereka. Pembatas itu terlempar dengan semangat kea rah bus kami, dan saya yang duduk di belakang sopir, dengan pandangan sempurna yang tidak terhalang apapun, melihat dengan jelas proses situ seperti di gerakan lambat, biarpun sering melihat dan bahkan melakukannya di game-game balap, tapi di kejadian nyata ini sangat seram, untunglah pembatas itu tidak terpental ke atas, jadi hanya mengenai lampu kanan bus kami, tidak terbayang bila lebih ke atas lagi pastinya akan mengenai kaca bus dan memecahkannya dengan mudah.
Kejadian unik yang selanjutnya, menurut saya paling istimewa dari balada perjalanan ini. Masih di jalan daerah Bandung itu, sepertinya sudah ke agak arah Garut, di daerah jalan yang tengah-tengahnya banyak putaran jalan (yang di blok semen dan diisi dengan rerumputan itu lho..). Seperti yang saya bilang sebelumnya Pak Sopir kami seperti sudah kurang awas dengan obyek di samping-sampingnya, dan itu menjadi nyata dengan kejadian ini. Jadi, di suatu jalan yang ada putarannya itu, sopir kami menabrak putaran jalan itu, yang cukup tinggi, dengan kecepatan yang lumayan, dan itu membuat bus kami sempat melayang sebelum terhempas kembali ke aspal dengan keras, untungnya masih dalam keadaan tegak berdiri di posisi yang benar. Saat kejadian itu, lagi-lagi saya dalam posisi bebas tidak terhalang apapun, dan melihat semuanya dengan jelas dan seperti gerak lambat. Saya agak bingung mau menggambarkan, tapi pokoknya dalam momen itu terekam jelas selama beberapa detik kejadian, saya ingat detil lokasi saat itu bentuknya seperti apa dan bagaimana urutannya. Kejadian ini membuat seisi bus langsung terdiam, keliatannya pada memilih untuk banyak-banyak berdoa setelah itu.
Kejadian unik lain yang juga bisa dijadikan pelajaran untuk teman-teman yang merencanakan wisata, hati-hati memilih hari wisata. Seperti yang kami lakukan, antisipasi sudah dilakukan, tapi tetap belum cukup. Rombongan kami terkena macet parah, selain karena lalu lintas yang ramai juga karena selama di jalan sempat terjadi beberapa kecelakaan yang memperparah kondisi jalan. Ada yang container terbalik, bus terbakar dan sisa tabrakan bus yang belum bisa disingkirkan dari jalan. Direncanakan kami akan sampai Ciamis sekitar pukul 5-6 pagi dan mengambil makanan di tempat salah seorang kerabat karyawan gudang. Percayakah anda jam 7-8 pagi kami masih terjebak macet di Malangbong? Bahkan kami semua sempat berhenti sama sekali lumayan lama, semua teman di bus keluar untuk kencing, jalan-jalan. Dan ini yang saya pandang luar biasa dari teman-teman di PLF. Tidak ada keluhan dari mereka, semuanya ceria, semangat, tetap ketawa-ketawa berusaha mengisi waktu dengan becanda, ngobrol, nyanyi-nyanyi, foto-foto dan main kartu. Tidak ada keluhan dari mereka padahal belum sarapan, semuanya saling ceria dan menikmati perjalanan. Menurut saya itu sangat luar biasa. Buat mereka ya "ini sudah gathering dan mereka menikmati itu". Sampai terharu saya.
Akhirnya kami sampai juga di Ciamis, dan bisa makan pagi di siang hari sekitar jam 1 siang. Dan teman-teman tetap ceria. Sempat ada yang nyeletuk lucu saat melewati suatu plang jalan di ciamis yang bertuliskan Ciawi. Kami yang berangkat dari Ciawi – Bogor jadi seperti tidak merasa pergi kemana-kemana karena melihat plang Ciawi lagi, tapi ini Ciawi yang di Ciamis kok. Setelah makan dan istirahat sejenak, kami melanjutkan perjalanan lagi. Perjalanan berlangsung normal dan begitu saja, mungkin dah terbiasa dengan gaya menyetir si Pak Sopir akhirnya. Dan kami sampai di Pantai Pangandaran pada pukul 5 sore (akhirnya…!!!).
Begitu sampai kita istirahat sebentar dan tentu saja karena nafsu yang sudah menggebu untuk jalan-jalan di pantai langsung memutuskan untuk jalan-jalan terlebih dahulu sebelum makan karena ternyata makanan kami sudah disiapkan di meja prasmanan. Saya jalan berempat bersama Ci Karen, Mba Hesti dan Yuli. Tentu saja saya bawa si 350D kesayangan sambil cari-cari obyek. Baru jalan sebentar tiba-tiba Ci Karen ditelepon panitia yang bilang bahwa anak-anak baru mau mulai makan kalau dibuka oleh Cici. Jadilah kami kembali ke wisma dan makan malam dengan ceria, meskipun buat beberapa orang kurang ceria sih karena kehabisan makanan, ternyata makanan yang disiapkan tidak cukup untuk nafsu makan kami. Jadilah mereka harus menunggu sampai tambahan makanan datang.
Akhirnya baru benar-benar waktu bebas kita hampir semuanya memutuskan jalan-jalan dan saya akhirnya memilih main sepeda dengan biaya sewa 15.000 per jam untuk sepeda tandem berdua. Saya naik bersama Ferry dan Alan di sepeda tunggal biasa. Langsung menyusuri pantai, padahal waktu itu sudah mulai gerimis. Jadi posisi saya membawa payung sambil bersepeda. Karena tandem saya memilih duduk di belakang jadi cukup mengayuh saja tidak perlu ikut mengarahkan. Saya sambil membawa kamera di neckstrap dan memayunginya. Dan benar saja akhirnya jadi hujan deras setelah beberapa saat dan kita sudah terlalu jauh dari Losmen. Akhirnya memilih berteduh di tempat penjual bubur ayam. Ferry beli kopi, Alan pengen makan lagi jadi beli bubur ayam. Dan setelah menunggu cukup lama akhirnya saya juga memesan mie ayam di penjual sebelah. Setelah menunggu lagi kami putuskan untuk pulang ke wisma. Saya membungkus kamera saya dengan plastic agar tidak basah. Seru sepedaannya biarpun hujan, kehujanan, basah-basahan, tapi menyenangkan.
Kegiatan setelah pulang ke losmen adalah waktu bebas, kebanyakan menggunakan untuk main kartu dan ngobrol. Saya memilih untuk cari-cari obyek foto saja disekitar losmen. Begitu agak malem mulailah rencana acara bakar-bakaran. Ternyata responnya kurang OK, hanya sedikit yang berminat untuk bakar-bakaran. Saya sih semangat, ikut bakar-bakaran pasti dan karena yang ikut sedikit tentu saja jadinya dapat bagian yang sangat banyak. Jadilah hari itu makan sangat banyak yang ditutup dengan BBQ ikan dan udang di dini hari. Akhirnya saya tidur di dekitar jam 2 di kamar yang nyaman dan berAC.
Selama di kegiatan ini saya banyak mengajari fotografi dasar memakai DSLR. Murid utama saya yaitu bos saya, Ci Karen yang sangat antusias dan berhasil saya komporin untuk membeli kamera. Yang lain banyak juga tapi kebanyakan hanya sekilas-sekilas saja. Biasa lah ngajarin dari segitiga ekposure dulu. Mainin shutter speed, aperture dan ISO. Juga ngajarin konsep-konsepnya. Senang saya bisa berbagi ilmu sederhana dan terutama bisa ngomporin. Dan overall foto-foto latihan mereka cukup baik.
Kegiatan hari itu seperti yang direncanakan adalah pergi ke cagar alam. Ini sangat menyenangkan. Kita akhirnya menggunakan rute naek perahu dulu. Karena memang jatuhnya lebih murah (sebenarnya ini cara agak curang). Lumayan naek perahu sebentar, dan lihat pemandangan dari laut. Setelah itu sampai di cagar alam dan disambut oleh pemandu bernama Pak Tarno (prok3..dibantu yaa…). Cukup asik karena anak-anak rame dan lucu-lucu. Obyeknya sama kayak jaman saya SMP terakhir ke Pangandaran keliling gua-gua alam dan buatan yang ada disana. Untuk selanjutnya lets photo do the talking….
Siangnya kita langsung siap-siap untuk balik ke Bogor, benar-benar sebentar banget. Bahkan saya ga sempat beli oleh-oleh apapun. Tapi it’s OK lah ga masalah toh saya juga bakal susah mbawain oleh-oleh buat siapa juga. Kita pulang dengan formasi yang sama artinya saya dapet bis dengan sopir yang sama seperti waktu berangkat. Disinilah sebenarnya Pak Sopir yang keliatannya cemberut terus dan pemarah ini justru sempat saya liat percobaan ngelawaknya. Saat absen anak-anak untuk tahu siapa yang sudah naik dan belum, beliau sempat nyeletuk, “Yang belum ada ngacung…” Maksudnya becanda, dan dia ketawa-ketawa sendiri habis itu, saying sekali orang satu bis ga ada yang dengar. Karena saya duduknya depan sendiri jadi denger dan ikut tersenyum mendengar lawakan si Bapak. Kita pulang tetap dengan ketegangan seperti saat berangkat dan waktu tempuh yang juga sangat lama. Akhirnya sampai kost sekitar jam 5 pagi juga dan itupun turun di pertigaan tol Ciawi karena Bis pecah ban disana. Untung sudah sampai disitu.
Banyak pelajaran yang bisa ditarik seperti kalau mau wisata ya pakailah bus pariwisata agar nyaman, pilih waktu yang tepat jangan saat musim libur panjang dan yang paling utama adalah lihat tujuannya, nikmati setiap prosesnya, seharusnya setiap peserta layak untuk bersungut-sungut, tapi saya lihat sama sekali tidak ada yang begitu, semuanya ceria dan saling mengisi dan terlihat puas. Benar-benar 2 hari yang SuperFun.
0 komentar:
Post a Comment