Wednesday, September 21, 2011

Marah-marah di Social Media

Berawal dari obrolan tengah malam bersama seorang teman, dia bercerita mengenai dua orang yang berseteru di status BBM, yang jelas bisa dilihat oleh orang lain. Teman saya bilang kalau menurutnya hal seperti itu tidak sepantasnya dilakukan, dirasa tidak pantas dan sebaiknya kalau ada masalah ya langsung dibicarakan saja secara personal tidak perlu menggunakan media umum dan sosial seperti itu sehingga dibaca dan diketahui banyak orang.
Harus diakui saat ini kita adalah generasi sosial media. Setiap saat kita terhubung dengan social media baik Facebook, Twitter, Google + atau bahkan yang lain seperti Tumblr, Blog, BBM, dan lain-lain. Aksesnya sangat mudah, hampir semua sosial media memiliki aplikasi mobile yang ringan dan mudah digunakan dari handphone, itu juga yang mendukung kita menjadi generasi "Beranda", segala sesuatu yang kita lakukan ditulis di Fb sehingga tampil di Beranda/Home Fb, atau generasi "Timeline" dan lain-lain.
Secara intensif memang kita gunakan dan bukan hanya hal positif seperti berbagi semangat, memberi ucapan selamat ulang tahun, tetapi banyak dari kita menggunakannya untuk hal-hal yang terpaksa saya sebut sebagai hal negatif.
Kasus paling baru yang sedang hot adalah mengenai kicauan Gilang anak SMA 6 Jakarta yang memukuli wartawan, dan dia berkicau dengan bangganya di Twitter, lebih unik lagi beberapa temannya menunjukkan reply atau retweet yang mendukung tindakannya itu.
Sangat negatif bukan, selain itu banyak juga status-status yang berisi umpatan, makian, hinaan. Kasus yang pernah terkenal adalah saat seorang murid mengumpat dan menghina-hina gurunya di Facebook, dia lupa kalau gurunya juga ber-Fb dan bahkan ada dalam friendlistnya, tentu saja si Guru tahu mengenai hal itu dan segera menjadi masalah.
Ya memang selalu ada yang seperti itu tampaknya, dua sisi, positif dan negatif. Saya dulu tidak membuat friendster saat teman-teman saya ramai menggunakannya, saya tidak melihat fungsinya dan melihat banyak negatifnya (saat itupun Friendster sudah dipenuhi orang-orang tidak jelas). Kemudian saat masa Facebook saya ikut membuat, waktu belum semua teman ber-FB, dan cukup menyenangkan, sangat mudah untuk menemukan teman lama dan fitur chattingnya juga sangat Ok. Akun Twitter juga saya buat, karena memiliki sisi berbeda dari Facebook dan menarik. Lama kelamaan Facebook juga dipenuhi orang-orang tidak jelas, alay, ababil, dengan status-status galau dan negatif. Saya banyak beralih ke Twitter, tapi juga akhirnya sama saja, Twitter tidak berbeda jauh keadaannya dengan FB. Saya masih menggunakan keduanya, karena bagaimanapun dalam beberapa hal memudahkan komunikasi dan hubungan dengan orang lain, tapi mari kita menguatkan filter pribadi agar bisa menjaga diri tetap positif dan tidak terpengaruh hal-hal negatif dari situ.
Kembali ke obrolan dengan teman saya tadi, akhirnya saya sarankan kepada teman saya untuk secara personal memberitahukan kepada dua temannya yang ribut di status BBM itu, dan ternyata teman saya memang sudah berinisiatif untuk melakukannya sebelum saya sarankan. Dia merasa peduli kepada temannya itu, karena mereka dekat dan tidak ingin ada hubungan yang rusak.
Saya sendiri tidak mau menjudge langsung orang yang bersikap negatif di dunia maya, saya tidak tahu alasan kenapa mereka berbuat seperti itu. Social Media sudah seperti perwujudan virtual kita di dunia maya, dan kita yang menentukan mau terlihat seperti apakah kita, pemarah, penyayang, penggoda, alay, ababil, pembagi Firman, pengumpat dan lain-lain. Itu profile kita.

Categories: , , , , ,

0 komentar:

Copyright © Johannes Dwi Cahyo | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | BTheme.net      Up ↑