Wednesday, June 29, 2011

Bogor-Jogja-Solo-Jogja-Purwokerto-Bogor

Ini merupakan rencana awal perjalanan day off saya. Rute yang saya rancang dalam rangka menyambut waktu saya mengambil dayoff. Saya bisa punya 2 hari dayoff karena selama di PLF pernah dua kali ada stock opname di hari minggu. Jadi sekarang saya mau gunakan dua hari yang berharga itu untuk jalan-jalan pulang, refreshing sebelum pindah ke pekerjaan baru.
Rencana akan berangkat di hari Jumat siang naik bus Rosalia Indah, berangkat dari kantor. Karena bus nya akan berangkat jam 13.30 maka harus pulang jam 13.00 dari kantor. Ini bisa didapat dengan masuk pagi jam 6 lalu IMP 2jam sehingga sah bila saya pulang kantor jam 13.00. Dengan Rosalia Indah diperkirakan saya sampai di Jogja pukul 05.00 pagi hari Sabtu. Kedatangan saya di hari Sabtu itu akan pas dengan ada acara perayaan Paskah PMKTP dan KH, jadi saya seharian bisa ikut acara itu. Sudah dapat penjemput dan tempat untuk menumpang juga di kost Andre. Sore harinya saya rencanakan pulang ke Solo dengan kereta Prameks. Dan disana kemungkinan sudah Kakak saya yang juga akan kesana. Di Solo sampai hari Senin Pagi lalu pergi ke Jogja lagi untuk main d Kampus. Sore Harinya saya pulang ke Purwokerto dan akhirnya selasa malam bisa balik ke Bogor.
Rencana yang bagus kan? Mari kita lihat pelaksanaannya.
Pada H-2 berangkat teman saya Dito tiba-tiba bilang mau ikut pulang ke Jogja. Jadilah dia mengusulkan bagaimana kalau naik kereta saja dari Gambir, karena dia tidak yakin bisa pulang jam 13.00 pada hari jumatnya. Dan ternyata cukup susah untuk bisa memesan tiket kereta di Bogor, kita menghubungi beberapa agen dan tidak berhasil. Akhirnya diputuskan untuk minta ijin saja ke manager Dito dan untungnya diperbolehkan jadilah kita berangkat hari Jumat siang. Dengan bangga keluar dari kantor jam 13.00. Dan langsung naik angkot 01 ke pool Rosalia Indah yang paling jaraknya sekitar 1-2 km dari kantor. Tiket saya sudah saya bayar pada hari Kamis, sementara Dito belum karena baru dapat ijin pada hari Kamis malamnya. Tapi kita tetap dapat tempat duduk bersebelahan di bagian tengah. Keadaan bus normal, kita naik kelas Eksekutif, kurangnya ga ada bantal, tapi ternyata selimut di bagikan di perjalanan, kursinya agak keras dan tidak ada sandaran kakinya, tapi secara keseluruhan cukup lega dan nyaman busnya. Dan pelayanan dari orang-orang Rosalia juga sangat menyenangkan. Orang-orangnya  ramah dan OK.
Karena kita berangkat dari Bogor, busnya belum terlalu penuh. Saya dan Dito langsung menebak-nebak, kira-kira jam berapa bus ini akan keluar dari Jakarta. Saya menebak jam 17.00 sudah di tol Cikampek sementara menurut Dito belum. Dan dimulailah perjalanan kami, dari Bogor lalu menuju beberapa pool di daerah sekitar, Bogor, Cibinong, Cibubur sebelum masuk ke daerah-daerah Jakarta sepertinya sih langsung ke daerah Bekasi seingat saya. Dari situ busnya kemudian menuju tol ke luar Jakarta, ternyata tebakan saya masih lumayan tepat, belum sampai jam 17.00 bus sudah di tol Cikampek dan kita langsung menuju Jogja, seharusnya tidak ada pemberhentian lagi selain tempat makan, kemudian paling baru akan berhenti di daerah sekitar Purworejo Kebumen.
Jalan yang dilalui bus Rosalia adalah rute Selatan, lewat Bandung, Garut kemudian masuk ke Majenang, seterusnya ke daerah Wangon, Sumpiuh, Banyumas, Kebumen, Purworejo, Wates dan akhirnya ke Jogja. Bus yang saya naiki normal-normal saja kecepatannya dan sopirnya cukup OK, tidak banyak guncangan dan atraksi-atraksi tidak perlu. Karena jalurnya lewat jalur bus waktu Gathering PLF kemarin saya dengan semangat menunjukkan pada Dito tempat dimana bus kami sempat melayang. Dan ternyata memang agak membuat trauma peristiwa itu, saya jadi agak khawatir setiap melihat bentukan jalan yang seperti tempat bus gathering saya melayang itu. Perjalanannya agak santai, senang juga ada teman naik bus seperti ini, bisa ngobrol dan mengisi waktu. Hiburan di bus ini agak luar biasa juga, awalnya yang diputar adalah CD Nike Ardila dengan suara khas tahun 80-90an. Karena VCDnya agak jelek kemudian diganti, dan VCD penggantinya adalah VCD pengajian. Saya dan Dito sangat geli melihat mbak-mbak penyanyi yang tidak goyang sama sekali padahal lagu yang dinyanyikan lagu yang semangat, dan ternyata setelah itu masuk ke khotbahnya yang ternyata menarik, pengkhotbahnya lucu dan memiliki kekhasan sering menggunakan pantun dan kalimat yang ber-rima, jadi menyenangkan untuk didengarkan, baru tahu kalau di agama Islam ada juga yang begini, ini sangat bagus sebagai sarana penyampaian yang kontemporer menurut saya. Setelah agak malam bus mulai sepi dari suara orang mengobrol dan saya juga mencoba untuk tidur, Dito sudah tidur juga.
Kami sampai di Garut untuk makan sekitar jam 8 lebih, berhenti di Restoran milik Cipaganti dan suasananya Jawa sekali yang diputar lagu campur sari dan makanannya juga sangat Jawa Tengah. Saya sampai terharu saat minum teh hangat manis, rasanya sudah lama sekali tidak menikmati rasa seperti itu di Bogor. Makan dengan puas karena prasmanan dengan setinggan mahasiswa jadi tidak tahu malu, harus kenyang pokoknya. Kami akhirnya berangkat lagi saat hampir jam 9. Dan ini satu lagi keistimewaan Rosalia, ada pergantian sopir, jadi ternyata dalam satu Bus ada dua sopir dan satu kernet dan sopir itu bisa berganti-gantian, jadi merasa sangat manusiawi tuh PO.
Kalau saya perkirakan sebenarnya kita bakal telat sampai Jogjanya, secara jam 9 baru akan berangkat dari Garut. Untung tidak ada acara yang terlalu sensitive waktu besok jadi ya saya tenang-tenang saja. Saya tinggal tidur lagi dan kali ini dengan perut kenyang. Saya terbangun sekitar pukul 23.30 dan setelah melihat-lihat sekitar saya kaget ternyata sudah sampai Majenang dan jam 24.00 sudah sampai ke Wangon. Saya kaget seperti apa si sopir ini mengendarai bus, dan saat bangun itulah saya baru tahu ternyata sopir kedua ini memang lebih ganas. Saat di daerah Lumbir yang banyak belokan mantap pun pak Sopir ini tidak melambatkan busnya sama sekali, dengan PeDe melibas jalan-jalan yang juga agak rusak. Mantap dah saya jadi kembali percaya kalau bus bisa sampai Jogja pada jam 5.

Kami akhirnya benar-benar sampai Jogja bahkan sebeum jam 5. Dito turun di Gamping mungkin sekitar jam 4.30. Kemudian saya turun di Janti sekitar jam 5.20. Disitu saya menunggu jemputan dari Andre, setelah beberapa kali saya sms dan telepon tidak ada reaksi dari Andre sepertinya dia masih tidur. Saya coba alternative ada dua teman yang tinggal agak dekat situ, Eri di belakang Amplas dan Tika di Babarsari. Eri dihubungi lewat BBM juga ga nyaut dan Tika sedang tidak di rumah. Akhirnya saya dengan setia menunggu Andre sambil jual mahal ke Bapak Tukang Ojek. Lihat sekilas di jembatan Janti dan melihat pemandangan Sunrise yang lumayan, sayang kalau tidak diabadikan, jadilah saya keluarkan 350D kesayangan dan ambil-ambil foto dengan cuek. Setelah menunggu cukup lama akhirnya saya menyerah dan memilih naik angkot, sejujurnya saya belum pernah naik angkot itu, angkot prambanan yang bentuknya sudah parah-parah itu lho, tapi untung pak Sopirnya baik, memberitahukan tempat yang memang bisa saya tuju. Di angkot akhirnya si Andre bangun dan membalas sms saya, akhirnya kita janjian dan ketemu di perempatan MM UGM.
Istirahat sebentar di kost Andre lalu mandi dan siap-siap ke kampus untuk berangkat acara Paskah bersama. Sebelumnya sarapan dulu, Andre memilih di nasi kuning Mba Marni, ini dulu langganan untuk usaha dana, ternyata sekarang sudah pindah tempat dekat lapangan Klebengan. Setelah itu kami menuju kampus KH tempat berkumpul dan langsung tambah ceria saya melihat adik-adik angkatan yang lucu-lucu. Terutama juga adik KTB saya, sayang yang hadir cuma Henri. Setelah bersalam-salaman dan ngobrol-ngobrol kita berangkat naik bus kota seperti biasa. Tempat Paskah nya di Kulonprogo di penangkaran Orang Utan. Lumayan juga jaraknya sekitar 40menit mungkin dengan bus kota itu.
Sampai disana tempatnya kurang seperti yang dibayangkan, tempatnya kurang sejuk, padahal saya sudah membayangkan hutan dengan pohon-pohon hijau yang cerah dan sejuk. Mari ke tujuan utama, foto2 kan bukan tujuan utama, ikut acara PMK itu intinya, maaf tapi sejujurnya memang tidak ada religious intention dalam keikutsertaan saya di acara Paskah. Kangen dan senang banget waktu akhirnya mulai acara semacam kebaktiannya, sudah sangat lama tidak menikmati persekutuan seperti ini, tetap sama dan menyenangkan. Setelah itu khotbah, cukup unik karena si Bapak memakai peragaan yang sangat mengena mengenai Salib Kristus yang menyucikan. Mantabss Pak peraganya, saya masih ingat detail sampai sekarang.
Kemudian lanjut ke outbond. Ini yang rame, saya awalnya dipaksa-paksa jadi peserta tapi setelah bilang kalau saya ga bawa banyak baju apalagi celana mereka tidak memaksa lagi. Jadilah saya fotografer, lumayan ketemu beberapa spot dan momen yang OK untuk foto-foto dan tentu saja terutama terhibur dengan kekonyolan khas anak-anak PMK. Sangat menyenangkan dan refresh. Juga dapet banyak sekali kenalan baru dari KH saya sampai lupa nama-namanya (ahahahah).










Pulang agak sore, tapi tidak terlalu sore sekitar jam 4-5 lalu menuju ke kost Andre untuk beristirahat. Saya akhirnya batal untuk pulang ke Solo malam itu karena orang tua saya akhirnya ke Solo juga jadi tujuan Purwokerto bisa dihilangkan dari daftar, saya memilih untuk ngajak main anak-anak yang ada di Papilon. Bukan Diskotiknya pastinya tapi nasi goreng babi kesayangan yang ada di dekatnya. Senangnya bisa mengumpulkan 23 orang anak PMK. Ga nyangka akan sebanyak itu yang bisa datang dan ikut. Menyenangkan biar sekedar makan-makan sederhana sambil ngobrol-ngobrol tentang segala sesuatu dan ketawa-ketawa ga jelas saling menghina seperti biasa. Kita pulang jam 10an sepertinya, dengan ceria. Dan saya lanjut tidur di kost Andre.
Paginya saya berangkat naik Prameks ke Solo, dijemput di stasiun Jebres oleh Bapak saya dan langsung mampir untuk beli babi kuah kesayangan sayangnya ga ketemu dan jadi beli di tempat alternative dah. Tapi gapapa masih mantap kok rasanya. Pulang ke rumah Solo sudah disambut orang-orang. Kakak saya pulang ke Bogor sorenya dan dari pengalaman kemarin saya sarankan naik bus Rosalia Indah yang menurut saya pelayanannya OK. Tapi ternyata terjadi sedikit masalah dan saya sampai harus datang ke poolnya tapi akhirnya kakak saya bisa juga naik busnya (besoknya sampai di bogornya sangat-sangat telat, padahal baru saya puji pelayanannya, ternyata ada jeleknya juga). Di Solo malemnya tentu saja mengincar siomay babi Gober kesayangan saya, tapi lagi-lagi kurang beruntung saya karena Siomaynya tutup jadilah muter-muter dan akhirnya memutuskan beli sate babi dan rica-rica guk2. Tetap mantap hidangan malam itu. Kontras sate babi yang manis dan sangat empuk dipadukan dengan rica-rica guk2 yang super pedas dan panas. Di Solo banyak ngobrol-ngobrol dengan saudara saya dan ortu tentunya. Ada juga serah terima si HP Dopod 818 tercinta yang saya hibahkan ke saudara saya karena sudah tidak saya pakai.
besok siangnya saya ke Jogja karena harus mengirim motor ke Jakarta (saya beli motor dari teman, sudah murah, kredit pula..ha3). Sampai di Jogja agak kesiangan dan disambut hujan. Sebelumnya tanya dulu ke pengiriman motor dekat stasiun Lempuyangan. Ternyata cuma 200rb, jauh di bawah perkiraan saya. Setelah main ke kampus TIP. Saya sebelumnya memutuskan untuk kirim motornya besok sore saja, biar sekalian ada yang ngambil. Di kampus ketemu teman-teman lama di kantin, ketemu juga dengan teman-teman seangkatan yang belum lulu dan sedang berjuang, dan kemudian tentu saja naik ke Lab kesayangan yang sudah membesarkan saya, lab ANSIS. Dan ketemu dengan Pak Marji, penjaga Lab yang sudah memberikan saya banyak kesempatan, terlalu banyak bahkan untuk ngilmu di Lab itu. Senang bisa ngobrol-ngobrol biarpun singkat.
Saya sudah janjian dengan adik-adik saya juga setelah itu mau makan bersama. Di tempat yang sangat OK dan sangat saya rindukan. LS(Lima Serangkai) rumah makan Batak yang menurut saya paling enak di Jogja. Niatnya makan gila-gilaan, tapi ternyata adik-adik saya tidak terlalu nafsu jadi saya urungkan niat untuk gila-gilaan, ngobrol singkat lagi dan update informasi sedikt-sedikit dari mereka. Entah kenapa memang makanan di LS ini kurang istimewa dibanding sebelumnya, seperti ada yang kurang, tapi tetap nikmat sih, secara babi gitu.
Malemnya sudah saya rencanakan juga main sama Eri, tempatnya belum dtentukan tapi akhirnya dipilih Kalimilk. Saya sih ikut saja, yang penting maen bareng dan ternyata ada tambahan tiga anak muda Belina, Tika dan Mona. Mulailah cerita-cerita ga jelas dengan obyek ceng2an utama Belina yang akhirnya takut pulang sendiri dan minta ditemenin karena rumahnya di jalan Kaliurang km atas. Rame dan seru ngobrol bersama mereka. Setelah nganter Belina sampai rumah kita lanjut (Saya, Andre dan Eri) mau foto-foto di tugu Jogja. Sebelumnya maem dulu di Gudeg Mirota Gejayan sambil nunggu Tia datang. Stelah itu berangkat foto-foto ga jelas, dari Tugu lalu pindah ke Kantor Pos dan akhirnya kita menyerah dan berakhir di Raminten. Lumayan bisa leyeh2 di rumah makan suasana Jawa Banget ini, untung buka 24 jam. Kita duduk-duduk disitu sampai agak pagi dan akhirnya pulang ke tempat masing-masing.
Hari terakhir kegiatannya minimalis, rencana awal paginya mau renang bersama, tapi batal karena kolam renangnya dipake. Jadilah wisata kuliner terakhir di Bakmi Pangsit Medan, seperti biasa makan porsi besar 1 dan porsi kecil 1. Setelah itu tinggal siap-siap pulang ke Bogor, ambil oleh-oleh di Mas Anggi, kirim motor dulu sebelumnya, packing, dan berangkat. Kali ini jalan pulang naik Safari Dharma Raya, jadi lewat jalur utara, tiketnya lebih murah dan ternyata interior busnya mirip, fasilitas juga kurang lebih sama. Menarik karena saya sebelumnya saya belum pernah naek bus jalur utara dan ternyata lewat jalur Jatek saya dulu di daerah Ngadirejo, jadi kangen suasana jatek bersama Cici, Tia dan Yudhis. Banyak tidur di jalan pulang karena sadar besok harus masuk kerja. Saya masuk Bogor sekitar pukul 6 pagi, mantep juga busnya, masuk ke kost sekitar am 6.30 lah, istirahat sebentar, ngantor dah..Bye liburan. Sangat menyenangkan refreshingnya. Kapan-kapan lagi ya, terimakasih Tuhan masih diberi kesempatan untuk menikmati segala sesuatunya dan saya masih bisa bersyukur atas segala yang “sederhana” ini.

Categories: , , , , , , , ,

Monday, June 27, 2011

Cari Kost (lagi)

Setelah cerita sebelumnya mengenai cukup ribetnya saya dalam memilih kost saat akan bekerja di Bogor, ternyata 4 bulan setelahnya saya akan pindah kantor ke Jakarta. Tepatnya di Kawasan Industri Pulogadung, di Jalan Rawabali. Karena itu, saya pastinya akan mencari kost lagi dan sekarang di daerah Rawamangun sepertinya.

Tentu saja sebelum langsung jalan-jalan untuk mencari kost, saya survei dulu, bertanya ke beberapa teman yang dari Jakarta ataupun bekerja di Jakarta terutama yang di Pulogadung. Dari beberapa percakapan saya rasa yang paling sesuai buat saya adalah kost di daerah Rawamangun, tidak terlalu jauh, daerahnya cukup aman dan rentang harganya masih lumayan.
Saya lanjutkan survei saya dengan bertanya ke teman-teman yang mungkin tahu daerah Rawamangun. Dapet beberapa info dan usulan, tapi yang terutama adalah dapet temen buat nemenin nyari karena saya buta sama sekali daerah di Jakarta. Akhirnya saya dapet 3 teman untuk menemani, Yuri, Gaby dan Mas Anjar.
Dan akhirnya tibalah hari-H saat saya akan mencari kost-an. Begini rencananya, saya akan ketemuan sama Yuri (rumah di Tebet) di Kampung Melayu, saya naik KRL dari Bogor, berhenti di stasiun Tebet, naek angkot sekali ke terminal Kampung Melayu. Setelah itu naik lagi angkot dari Kampung Melayu tujuan Pulogadung yang akan lewat daerah Rawamangun dan kita janjian dengan Gaby dan Mas Anjar di Arion Mall supaya gampang.
Dan dimulailah perjalanan saya dari kost-an di Bogor. Naek angkot 03 ke stasiun. Lanjut liat-liat jadwal KRL dan dapet paling deket Ekonomi AC. Langsung naik dan ga lama kemudian berangkat. Sebenernya dapet tempat duduk tuh di KRL, tapi karena saya ga inget stasiun Tebet thu kayak apa dan setelah stasiun apa dan dari tempat duduk saya ga bisa liat penunjuk Nama Stasiun, akhirnya setelah beberapa waktu saya mengalah untuk berdiri dan dapat dengan leluasa melihat sekitar dan mengamati dah sampai di stasiun mana. Setelah berdiri cukup lama, akhirnya sampai juga di Stasiun Tebet, dan disinilah kesalahan saya terjadi. Dari pesan teman saya, saya diminta naik angkot 44 arah kampung melayu dari Seberang Rel. Saat itu di "seberang rel" saya lihat ada angkot no44 dan saya lihat sekitar cuma ada angkot arah itu, dengan PD tingkat tinggi saya naik tanpa tanya2. Dan jadilah ternyata saya salah arah, angkotnya justru yang ke arah lain, bukan Kampung Melayu, saya sadar setelah dicari-cari Yuri, dibilang kok lama dan ternyata saat saya bilang sekarang macet di daerah Casablanca (sok tahu dari papan2 di jalan), saya sadar juga akhirnya. Setelah melihat situasi sesaat, saya akhirnya turun dari angkot dan menyebrang jalan, naek angkot 44 lagi yang sekarang dipastikan ke arah Kampung Melayu. Yang kurang OK lagi adalah, daerah yang saya lewati tadi macet parah, dan karena saya harus lewat situ lagi, jadilah saya membuang-buang waktu dengan kena macet 2 kali di tempat yang sama.
Singkatnya (padahal lama banget di angkot dan panas lagi) saya sampe di Kampung Melayu dan menuju halte Busway tempat janjian dengan teman saya. Dan inilah pertama kali saya lihat Kampung Melayu (terminalnya). Asli Kaget karena tampak seperti pengkolan tempat mangkal saja, ga jelas bentuknya sebagai terminal, padahal namanya kan cukup terkenal.
Saya akhirnya bertemu Yuri yang sudah menunggu sekian lama, tapi dengan kesabaran luar biasa tetap bisa menyambut saya dengan senyum dan terutama ketawa. Kita lanjut naik angkot menuju Arion Mall, kali ini lancar tanpa halangan dan sampailah kita di tempat tujuan. Sampai di Arion kita cukup mudah ketemu Gaby dan Mas Anjar yang sudah sampai disana. Gaby mengusulkan perubahan rencana, jadi yang perlu muter2 nyari kost saya dan Yuri saja, naik motor mas Anjar, dan mereka akan menunggu di Arion (baek banget ya mereka, jauh2 dari Bintara padahal). Sambil Gaby juga memberikan sedikit perkiraan spot2 kost2an yang dia tahu di daerah Rawamangun.
Dan dimulailah petualangan muter2 daerah Rawamangun dengan motor. Yuri juga sebenarnya tidak terlalu tahu daerah situ, tapi lumayanlah daripada saya. Spot pertama kita dari usul Yuri adalah di daerah Puloasem, lumayan gampang ketemu tempatnya tapi agak susah cari rumah yang menyediakan kost, karena kebanyakan tidak memerikan tanda "Terima Kost". Akhirnya setelah tanya-tanya ke orang sekitar dan hansip, kami ketemu beberapa rumah kost, tapi belum OK juga, karena ternyata banyaknya untuk karyawat-"I". Waktu ketemu untuk cowok, ternyata sedang penuh, untungnya penjaga kostnya cukup baik dan mengarahkan pada ibu-ibu yang lain yang ternyata juga punya kost dan ada kamar kosong meskipun masih harus menunggu orangnya pindah terlebih dahulu.
Kost milik ibu itu lumayan sebenarnya, di Puloasem 6 nmr26. Luasnya cukup, rumahnya bersih, dapet balkon dan sudah cuci gosok dengan harga 600rb perbulan. Yang kurang dari kost itu adalah kamar mandinya, kurang OK, dan beberapa bagian rumahnya seperti tidak terawat, setelah meminta kontak si ibu, saya lanju lagi cari-cari daerah situ, dan belum dapet juga.
Kita akhirnya memutuskan untuk pindah daerah. Sekarang kami mencari di daerah dekat Gereja HKBP, disitu kostnya masuk-masuk ke gang kecil dan lumayan banyak yang kosong ternyata, tapi posisi kamarnya aneh-aneh, suasana lingkungannya terlihat sumpek agak kumuh. Daerah ini kurang saya sukai. Jadi kami lanjut lagi, seharusnya jadi daerah terakhir yang ada di list kami, di jalan Pemuda, Wisma Pertamina. Dan setelah muter2 ternyata kami tidak ketemu jalan kesana, jadi diputuskan untuk pulang saja ke Arion karena ternyata juga sudah cukup sore dan saya masih harus naik KRL ke Bogor.
Selama jalan naek motor, saya dengan cepat "menyesuaikan diri" dengan pengendara motor lain di Jakarta, saat lampu merah di depan lampu, siap-siap tancap secepatnya, belok kemana-kemana dan agak seenaknya, terutama karena saya belum tahu saya sempat melanggar lampu merah 2 kali (!-_-). Sempat beberapa kali membahayakan Yuri dan motor mulus mas Anjar (motornya masih gress, baru beli), tapi bersyukur masih dianugerahi keselamatan hari itu.
Setelah itu saya makan dulu di KFC dengan Yuri dan ternyata baru tahu paket SuperDouble kesayangan sudah habis masa promonya, padahal itu paket paling memuaskan. Jadilah saya dengan paket andalan Oriental Bento, Deluxe Burger dan Mocca Float. Ngobrol2 sambil menunggu waktu untuk ngepasin jadwal kereta.
Kita naik angkot yang tadi lagi, arah Kampung Melayu dan dari situ sekarang naek bajaj, biar sekalian Yuri bisa sampai rumah dan saya turun langsung di stasiun. Untung dapet kereta yang pas dan pulang Bogor dengan aman. Capek dan belum dapet kost yang saya mau. Rencana sih akan ke Jakarta lagi buat nyari.
Tapi akhirnya saya malas dan memutuskan untuk nge-tag kost Puloasem 26 yang paling mending itu. Untung ibu nya kooperatif dan saya bisa pesan tanpa uang muka dulu cukup lansung datang saat akan pindahan.
Di hari terakhir sebelum pindahan saya telpon untuk memastikan dan ternyata orang yang harusnya pindah dari kamar yang akan saya tempati tidak mau pindah dan saya ditawari kamar lain yang lebih besar dan belum saya lihat kemarin. Karena sudah mepet terpaksa saya terima, mau gimana lagi, daripada ga dapet kost, soalnya memang sudah waktu pindah saya.
Saat pindahan saya dijemput di Pulogadung oleh Gaby, Mas Anjar dan Tia. Setelah sesaat lupa jalan kekost, untung bisa ketemu dan masuk kost saya kaget, terpana, kagum, heran, takjub saat melihat kamar yang dibilang si Ibu "agak" besar itu. Kamarnya sendiri ukuran 4x4 dan kamar mandi dalamnya sekitar 1,5x4 juga. Kamrnya sangat luas dan lumayan sudah ada meja, kursi, dua lemari dan tempat tidur.
Setelah ditempati kostnya lumayan kok, kamar mandi dalamnya cukup bersih dan OK juga ternyata untuk jarak ke kantor cuma 10 menit jalan sangat santai dengan motor, irit dan nyaman dah.
Sementara ini cukup puas lah dengan kost ini, orangnya juga tidak terlalu banyak (3 orang) jadi kemungkinan tidak ada masalah cucian tertukar dan kesunyian terjamin.
Lagi-lagi thanks God untuk berkatmu ini.

Categories: , , , , , , , ,

Pangandaran -- PLF Department Gathering

Sekedar catetan perjalanan saja tentang Gathering Departemen tempat saya kerja di PLF, PT Nutrifood Indonesia. Gathering ini harusnya diikuti oleh 110 orang karyawan gudang termasuk saya, tapi yang berangkat hanya sekitar 80-an orang. Tujuan kita pasti yaitu wilayah Pantai Pangandaran, Jawa Barat, Indonesia.
Gathering memang merupakan acara tahunan di perusahaan kami dan dilakukan biasanya per-departemen. Tahun ini kami memilih destinasi Pangandaran, mungkin karena anak-anak bosan dengan suasana puncak atau pantai yang dekat-dekat. Untuk membuat rencana gathering ini tidak mudah sama sekali. Dengan luar biasanya setelah terbentuk panitia dan penentuan tempat tujuan, ada tim yang mensurvei langsung ke Pangandaran. Luar biasa, dari situ langsung ditentukan mau memakai wisma/hotel mana dan penentuan jadwal kegitan mau apa saja selama di Pangandaran nantinya. Juga proses perijinan tidak mudah dan dibutuhkan usaha keras dari setiap pihak untuk departemen kami bisa pergi pada akhirnya. Ini dikarenakan departemen kami (PLF – Plant Logistic Finished Goods) yang mengurusi semua persiapan pengriman produk perusahaan kami, jadi kalau kami ibur tentu saja setiap kegiatan order juga akan berhenti. Ini harus diinfokan jauh hari sebelum rencana keberangkatan yang direncanakan cuma 2 minggu sebelumnya.
Mari kita mulai dari keberangkatan, untuk menyesuaikan dengan order terakhir kita rencana berangkat dari Ciawi – Bogor jam 1 dinihari. Saya, Mba Hesti dan Ci Karen rencana berangkat bersama dari kost-an kami yang berdekatan di Jalan Riau – Bogor. Rencana kita bertemu sekitar jam 12 dan kemudian naik angkot 01 seperti biasa (angkot di Bogor beroperasi 24jam). Disini saya sudah mengalami kejadian unik pertama (mari kita sebut “unik” saja ya). Saya menunggu jam 12 dengan main ke tempat kost teman saya Dito, masih di jalan Riau, sekalian membahas suatu rencana yang kita punya. Tidak sadar ternyata tiba-tiba sudah jam 23.30, saya segera pamit untuk pulang karena masih harus mengambil tas dulu di kost. Saat sampai depan kost Dito ternyata pintu gerbangnya sudah ditutup, dan ibu kost yang memegang kunci gerbangnya sudah tidur. Ditambah lagi BBM saya bunyi terus karena ternyata Mba Hesti dan Ci Karen sudah ditelpon teman-teman gudang yang bilang mereka sudah siap berangkat dan hanya menunggu kita saja. Tidak ada jalan lain, supaya cepat saya harus loncat pager sepertinya. Dan akhirnya saya memang loncat pager kost Dito yang lumayan tinggi, untung orang-orang yang ronda sudah cukup akrab dengan muka saya yang memang anak kost daerah situ, kalo ngga gerak-gerik saya memang "sangat mirip" maling.
Lanjut dah, dengan luar biasanya saya bisa ketemu mba Hesti dan ci Karen. Kita langsung ke tempat nunggu angkot, dan telpon terus datang bertubi-tubi, tapi dengan luar biasanya juga angkot 01 belum ada yang lewat, mungkin sekitar 10-15 menit kita menunggu, sampai akhirnya ada juga angkotnya. Langsung lari-larian saat sampai kantor dan disambut dengan penuh keceriaan oleh teman-teman yang semuanya sudah duduk manis di dalam bus. Saya, Mba Hesti dan Ci Karen mendapat tempat duduk persis di belakang supir, tempat favorit saya karena saya memiliki naluri kernet yang cukup tinggi (susah tidur di perjalanan, senang lihat-lihat jalan dan sekitarnya).
Rombongan kami terdiri dari dua bus. Lumayan lah kondisinya, bukan bus yang mulus-mulus kelas super executive nya OBL sih, tapi cukupan lah, sudah ber-AC juga kok. Sopir saya (*mohon maaf) sudah agak tua, dan ini juga yang menyebabkan saya jadi waspada. Saya niat awalnya mau tidur di perjalanan, karena seharian ada kegiatan terus dan belum istirahat. Tapi melihat gelagat aneh dari sopirnya, saya memutuskan untuk mengawasi dulu sesaat.
Kejadian unik selanjutnya yang kemudian bahkan membuat saya memilih untuk terjaga lebih lama adalah saat saya melihat Pak Sopir gagal meraih tuas perseneling. Memang sih kondisi gelap karena semua lampu dimatikan. Tapi menurut saya sudah seharusnya sopir menguasai penuh kendaraannya. Dan dari gelagat itu pun saya putuskan untuk mengawasi lebih lanjut sepak terjang Pak Sopir (*akhirnya dapet info nama beliau Pak Hambali).
Dan akhirnya kejadian unik yang membuat saya memutuskan untuk terjaga sebisa saya adalah saat masih di tol Bogor, bus yang kami tumpangi sempat hamper menabrak mobil, memang sih itu lebih karena kesalahan si mobil, tapi melihat cara penanganan dari Pak Sopir yang hampir-hampir tidak bisa mengerem dan mengendalikan laju bus, saya jadi semakin khawatir. Banyak-banyak berdoa deh habis itu.
Selanjutnya menyusul kejadian-kejadian lain yang membuat kami semua (penumpang bus, sekitar 40 orang) jadi sport jantung setiap saat. Mulai dari berhenti mendadak, seperti tidak tahu jalan, hampir menabrak pembatas jalan, seperti kurang awas terhadap obyek disamping-samping dan banyak lagi. Kejadian unik yang paling akan diingat mungkin ada dua lagi. Yang satu saat kami sudah di jalan menuju Bandung, ada suatu jalan yang di tengahnya diberi pembatas jalan, dari plastic tebal, sepertinya di beton di bagian bawah dan berwarna orange menyala, tiba-tiba truck di depan kami menyerempet pembatas itu dan membuatnya terlempar ke sisi lain jalan, dan disisi lain jalan umpan tersebut disambut dengan ceria oleh bus yang berjalan di arah yang berlawanan dengan kecepatan cukup tinggi sehingga menyebabkan pembatas itu terlempar kea rah bus kami. Ini murni bukan kesalahan supir kami, dan justru ini momen yang agak kasihan buat mereka. Pembatas itu terlempar dengan semangat kea rah bus kami, dan saya yang duduk di belakang sopir, dengan pandangan sempurna yang tidak terhalang apapun, melihat dengan jelas proses situ seperti di gerakan lambat, biarpun sering melihat dan bahkan melakukannya di game-game balap, tapi di kejadian nyata ini sangat seram, untunglah pembatas itu tidak terpental ke atas, jadi hanya mengenai lampu kanan bus kami, tidak terbayang bila lebih ke atas lagi pastinya akan mengenai kaca bus dan memecahkannya dengan mudah.
Kejadian unik yang selanjutnya, menurut saya paling istimewa dari balada perjalanan ini. Masih di jalan daerah Bandung itu, sepertinya sudah ke agak arah Garut, di daerah jalan yang tengah-tengahnya banyak putaran jalan (yang di blok semen dan diisi dengan rerumputan itu lho..). Seperti yang saya bilang sebelumnya Pak Sopir kami seperti sudah kurang awas dengan obyek di samping-sampingnya, dan itu menjadi nyata dengan kejadian ini. Jadi, di suatu jalan yang ada putarannya itu, sopir kami menabrak putaran jalan itu, yang cukup tinggi, dengan kecepatan yang lumayan, dan itu membuat bus kami sempat melayang sebelum terhempas kembali ke aspal dengan keras, untungnya masih dalam keadaan tegak berdiri di posisi yang benar. Saat kejadian itu, lagi-lagi saya dalam posisi bebas tidak terhalang apapun, dan melihat semuanya dengan jelas dan seperti gerak lambat. Saya agak bingung mau menggambarkan, tapi pokoknya dalam momen itu terekam jelas selama beberapa detik kejadian, saya ingat detil lokasi saat itu bentuknya seperti apa dan bagaimana urutannya. Kejadian ini membuat seisi bus langsung terdiam, keliatannya pada memilih untuk banyak-banyak berdoa setelah itu.
Kejadian unik lain yang juga bisa dijadikan pelajaran untuk teman-teman yang merencanakan wisata, hati-hati memilih hari wisata. Seperti yang kami lakukan, antisipasi sudah dilakukan, tapi tetap belum cukup. Rombongan kami terkena macet parah, selain karena lalu lintas yang ramai juga karena selama di jalan sempat terjadi beberapa kecelakaan yang memperparah kondisi jalan. Ada yang container terbalik, bus terbakar dan sisa tabrakan bus yang belum bisa disingkirkan dari jalan. Direncanakan kami akan sampai Ciamis sekitar pukul 5-6 pagi dan mengambil makanan di tempat salah seorang kerabat karyawan gudang. Percayakah anda jam 7-8 pagi kami masih terjebak macet di Malangbong? Bahkan kami semua sempat berhenti sama sekali lumayan lama, semua teman di bus keluar untuk kencing, jalan-jalan. Dan ini yang saya pandang luar biasa dari teman-teman di PLF. Tidak ada keluhan dari mereka, semuanya ceria, semangat, tetap ketawa-ketawa berusaha mengisi waktu dengan becanda, ngobrol, nyanyi-nyanyi, foto-foto dan main kartu. Tidak ada keluhan dari mereka padahal belum sarapan, semuanya saling ceria dan menikmati perjalanan. Menurut saya itu sangat luar biasa. Buat mereka ya "ini sudah gathering dan mereka menikmati itu". Sampai terharu saya.
Akhirnya kami sampai juga di Ciamis, dan bisa makan pagi di siang hari sekitar jam 1 siang. Dan teman-teman tetap ceria. Sempat ada yang nyeletuk lucu saat melewati suatu plang jalan di ciamis yang bertuliskan Ciawi. Kami yang berangkat dari Ciawi – Bogor jadi seperti tidak merasa pergi kemana-kemana karena melihat plang Ciawi lagi, tapi ini Ciawi yang di Ciamis kok. Setelah makan dan istirahat sejenak, kami melanjutkan perjalanan lagi. Perjalanan berlangsung normal dan begitu saja, mungkin dah terbiasa dengan gaya menyetir si Pak Sopir akhirnya. Dan kami sampai di Pantai Pangandaran pada pukul 5 sore (akhirnya…!!!).
Begitu sampai kita istirahat sebentar dan tentu saja karena nafsu yang sudah menggebu untuk jalan-jalan di pantai langsung memutuskan untuk jalan-jalan terlebih dahulu sebelum makan karena ternyata makanan kami sudah disiapkan di meja prasmanan. Saya jalan berempat bersama Ci Karen, Mba Hesti dan Yuli. Tentu saja saya bawa si 350D kesayangan sambil cari-cari obyek. Baru jalan sebentar tiba-tiba Ci Karen ditelepon panitia yang bilang bahwa anak-anak baru mau mulai makan kalau dibuka oleh Cici. Jadilah kami kembali ke wisma dan makan malam dengan ceria, meskipun buat beberapa orang kurang ceria sih karena kehabisan makanan, ternyata makanan yang disiapkan tidak cukup untuk nafsu makan kami. Jadilah mereka harus menunggu sampai tambahan makanan datang.
Akhirnya baru benar-benar waktu bebas kita hampir semuanya memutuskan jalan-jalan dan saya akhirnya memilih main sepeda dengan biaya sewa 15.000 per jam untuk sepeda tandem berdua. Saya naik bersama Ferry dan Alan di sepeda tunggal biasa. Langsung menyusuri pantai, padahal waktu itu sudah mulai gerimis. Jadi posisi saya membawa payung sambil bersepeda. Karena tandem saya memilih duduk di belakang jadi cukup mengayuh saja tidak perlu ikut mengarahkan. Saya sambil membawa kamera di neckstrap dan memayunginya. Dan benar saja akhirnya jadi hujan deras setelah beberapa saat dan kita sudah terlalu jauh dari Losmen. Akhirnya memilih berteduh di tempat penjual bubur ayam. Ferry beli kopi, Alan pengen makan lagi jadi beli bubur ayam. Dan setelah menunggu cukup lama akhirnya saya juga memesan mie ayam di penjual sebelah. Setelah menunggu lagi kami putuskan untuk pulang ke wisma. Saya membungkus kamera saya dengan plastic agar tidak basah. Seru sepedaannya biarpun hujan, kehujanan, basah-basahan, tapi menyenangkan.
Kegiatan setelah pulang ke losmen adalah waktu bebas, kebanyakan menggunakan untuk main kartu dan ngobrol. Saya memilih untuk cari-cari obyek foto saja disekitar losmen. Begitu agak malem mulailah rencana acara bakar-bakaran. Ternyata responnya kurang OK, hanya sedikit yang berminat untuk bakar-bakaran. Saya sih semangat, ikut bakar-bakaran pasti dan karena yang ikut sedikit tentu saja jadinya dapat bagian yang sangat banyak. Jadilah hari itu makan sangat banyak yang ditutup dengan BBQ ikan dan udang di dini hari. Akhirnya saya tidur di dekitar jam 2 di kamar yang nyaman dan berAC.
Selama di kegiatan ini saya banyak mengajari fotografi dasar memakai DSLR. Murid utama saya yaitu bos saya, Ci Karen yang sangat antusias dan berhasil saya komporin untuk membeli kamera. Yang lain banyak juga tapi kebanyakan hanya sekilas-sekilas saja. Biasa lah ngajarin dari segitiga ekposure dulu. Mainin shutter speed, aperture dan ISO. Juga ngajarin konsep-konsepnya. Senang saya bisa berbagi ilmu sederhana dan terutama bisa ngomporin. Dan overall foto-foto latihan mereka cukup baik.





Kegiatan hari itu seperti yang direncanakan adalah pergi ke cagar alam. Ini sangat menyenangkan. Kita akhirnya menggunakan rute naek perahu dulu. Karena memang jatuhnya lebih murah (sebenarnya ini cara agak curang). Lumayan naek perahu sebentar, dan lihat pemandangan dari laut. Setelah itu sampai di cagar alam dan disambut oleh pemandu bernama Pak Tarno (prok3..dibantu yaa…). Cukup asik karena anak-anak rame dan lucu-lucu. Obyeknya sama kayak jaman saya SMP terakhir ke Pangandaran keliling gua-gua alam dan buatan yang ada disana. Untuk selanjutnya lets photo do the talking….
Siangnya kita langsung siap-siap untuk balik ke Bogor, benar-benar sebentar banget. Bahkan saya ga sempat beli oleh-oleh apapun. Tapi it’s OK lah ga masalah toh saya juga bakal susah mbawain oleh-oleh buat siapa juga. Kita pulang dengan formasi yang sama artinya saya dapet bis dengan sopir yang sama seperti waktu berangkat. Disinilah sebenarnya Pak Sopir yang keliatannya cemberut terus dan pemarah ini justru sempat saya liat percobaan ngelawaknya. Saat absen anak-anak untuk tahu siapa yang sudah naik dan belum, beliau sempat nyeletuk, “Yang belum ada ngacung…” Maksudnya becanda, dan dia ketawa-ketawa sendiri habis itu, saying sekali orang satu bis ga ada yang dengar. Karena saya duduknya depan sendiri jadi denger dan ikut tersenyum mendengar lawakan si Bapak. Kita pulang tetap dengan ketegangan seperti saat berangkat dan waktu tempuh yang juga sangat lama. Akhirnya sampai kost sekitar jam  5 pagi juga dan itupun turun di pertigaan tol Ciawi karena Bis pecah ban disana. Untung sudah sampai disitu.
Banyak pelajaran yang bisa ditarik seperti kalau mau wisata ya pakailah bus pariwisata agar nyaman, pilih waktu yang tepat jangan saat musim libur panjang dan yang paling utama adalah lihat tujuannya, nikmati setiap prosesnya, seharusnya setiap peserta layak untuk bersungut-sungut, tapi saya lihat sama sekali tidak ada yang begitu, semuanya ceria dan saling mengisi dan terlihat puas. Benar-benar 2 hari yang SuperFun.

Categories: , , , , ,

Copyright © Johannes Dwi Cahyo | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | BTheme.net      Up ↑