Thursday, June 5, 2014

Pemilu Pertama

Maksudnya adalah Pemilu Pertama yang proses dan hasilnya saya anggap akan memiliki arti langsung, efek langsung terhadap kehidupan saya. Baik dengan saya memilih maupun menjadi golput seperti biasanya. Sebelumnya harus saya akui saya selalu tidak menganggap penting pesta demokrasi semacam ini, baik di tingkat kampus, daerah tempat tinggal maupun negara tercinta Indonesia.
Apa yang berbeda dengan pemilu kali ini? Apa yang istimewa? Apa yang spesial? Apa yang tiba-tiba menjadi hal yang penting?
Tahun ini usia saya 25 tahun. Tentu saja seharusnya saya sudah berhak mengikuti pesta demokrasi 5 tahun yang lalu, dan selain itu juga sudah berkali-kali kesempatan men-coblos yang lain, baik pemimpin daerah sampai pemilihan ketua BEM kampus. Dan sejujurnya memang saya tidak pernah menganggap itu semua hal yang penting, tidak memiliki dampak yang “cetho” dalam hidup saya.
Menariknya capres kali ini unik, yang satu saya bilang katrolan, yang satu bisa dibilang capres masa orde baru. Capres katrolan ini naik dengan cepat setelah namanya “moncer” dengan dukungannya terhadap ESEMKA, mobil buatan anak SMK di Surakarta, juga dengan berbagai prestasinya yang luar biasa selama menjadi walikota di Solo. Kemudian dicalonkan menjadi Gubernur DKI dan menang, sehingga sudah 2 tahun ini menjabat sebagai Gubernur di Jakarta. Sementara itu capres Orba namanya terkenal sebagai Jenderal kesayangan Presiden kita selama Order Baru, bahkan sempat menjadi menantunya. Meskipun dituduh banyak kasus sisa Orba, capres ini tetap “pede” dan bahkan memiliki pendukung yang sangat besar.
Secara pribadi saya sudah memastikan memilih Pak Joko Widodo sebagai Presiden RI ke-7. Alasannya sangat mudah, kalau mau kepemimpinan seperti Pak Prabowo, saya jauh lebih memilih dulu kita tidak perlu menggulingkan Pak Soeharto, dan melanjutkan dinasti politiknya saja. Karena saya ingin perubahan, perubahan yang tentu saja saya harap menjadi lebih baik, bagi negara saya. Figur Pak Jokowi saya anggap akan menjadi figur yang membawa perubahan. Contohnya saya sudah apatis terhadap birokrasi di Indonesia. Sistemnya kacau, berbelit dan memudahkan terjadinya pungutan liar, saya selalu berpikir dari dulu bahwa hal ini tidak bisa diperbaiki, tapi apa yang kemudian terjadi di Solo dan Jakarta mengubah pikiran saya. Ada orang-orang PNS yang mau untuk melayani sungguh-sungguh dan bisa memberikan pelayanan birokrasi yang memuaskan. Dari Solo berhasil dibawa ke Jakarta, dan saya kemudian sangat menantikan untuk bisa berlanjut ke seluruh Indonesia. Pak Jokowi juga merupakan teladan bagi sikap hidup sederhana, penting sekali untuk memiliki pemimpin seperti ini, sudah kaya, pengusaha, tapi sederhana. Kejujuran juga menjadi salah satu faktor penting bagi saya, belum pernah sekalipun saya mendengar Pak Jokowi tersangkut kasus korupsi. Bahkan dengan berani memiliki audit eksternal dan pengawasan langsung dari KPK.
Memang bukan berarti Pak Jokowi sempurna, bagaimanapun beliau manusia yang pasti ada salahnya, atau paling tidak sudah pasti kita sebagai manusia bisa menyenangkan atau memuaskan semua orang, pasti ada saja yang kurang. Dan saya pun juga mengakui beberapa kekurangan Pak Jokowi menurut saya, kurang arif dan memiliki kontrol diri, mungkin dikarenakan usianya paling muda dan tekanan yang luar biasa besar yang diberikan pada beliau, pembawaan yang kurang berwibawa yang sepertinya akan membuat beliau terdesak bila sampai ada diskusi terbuka.
Sebagai warga negara yang normal, saya sangat mengharapkan ada pemilu yang bersih dan damai. Semoga segala keputusan nantinya bisa diterima semua pihak dan hanya yang terbaiklah bagi Indonesia yang akan terjadi.

Copyright © Johannes Dwi Cahyo | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | BTheme.net      Up ↑