Wednesday, July 3, 2013

Pernikahan - Cinta & Sex


A : Wah, kamu besok nikah tho?
B : Iyaa, biar halal.... :p
Saya berkali-kali mendengar pembicaraan seperti ini. Pandangan pribadi sih, tetapi menurut saya omongan seperti ini (mungkin kebanyakan bercanda, tapi saya tidak tahu juga ya) merendahkan arti pernikahan sendiri. Sekali lagi ini menurut saya, pendapat pribadi saya.
Pernikahan menurut KBBI merupakan ikatan (akad) perkawinan yg dilakukan sesuai dng ketentuan hukum dan ajaran agama. Memang hubungan sex atau kedekatan fisik apapun sebenarnya baru "halal" bila dilakukan setelah menikah. Tapi apakah ini alasan yang cukup untuk menikah?
Menurut saya institusi yang disebut pernikahan ini hampir tidak ada lagi kaitan egoistis dengan diri sendiri, saya sekarang selalu berpikir bahwa pernikahan adalah pembentukan keluarga baru, kumpulan baru, perkembangan dari perkumpulan yang lama, dengan salah satu harapan utama adalah anak. Ya, anak, menurut saya itu adalah elemen yang sangat penting dalam pernikahan, baik didapat secara kandung ataupun pungut, dan lain-lain, menurut saya tidak masalah sama sekali, tapi itu elemen yang menurut saya harus ada. Secara agama dan hukum anak baru resmi bila ada dibawah institusi pernikahan.
Ini yang menurut saya lebih penting, saat kita sudah siap untuk membuat perkumpulan baru, dengan memiliki anak dan siap secara psikis, finansial dan keadaan lain.
Saya justru kagum dengan kebiasaan sex orang bule, yang sering kita, sebagai bangsa Timur, kita anggap rendah dan tidak sesuai dengan budaya kita, tapi saya masih banyak melihat banyak pernikahan orang bule yang sangat baik. Mereka menganggap penting unsur kecocokan seksual dalam pernikahan, mereka anggap sex sebagai ekspresi dasar yang natural dari cinta dan dalam banyak keadaan itu sangat baik (kecuali memang orang yang hanya free sex untuk nafsu saja). Dan saat fenomena free sex ini diketahui oleh bangsa kita yang ke-Timur-an, ini justru jadi aneh, banyak bangsa kita yang menirunya dan menjadikannya hanya sebagai pemuas nafsu, yang sebelumnya harus di-institusi pernikahan agar halal, mereka jadi curi-curi melakukannya di luar pernikahan, dan tanpa tanggung jawab sama sekali, hanya nafsu. One night stand, kawin kontrak, sex in the kost, ramainya kabar tentang survei di kota pelajar yang menyatakan kebanyakan wanitanya tidak perawan lagi, dan banyak lagi.
Saya pernah melihat film What's Your Number? Dari survei yang dinyatakan di film itu disebutkan rata-rata wanita di sana dengan kebiasaan seksnya yang seperti itu, tidur dengan 9 pria sebelum akhirnya menikah (saya agak lupa, seingat saya 9, silahkan dikoreksi jika salah). Hanya sembilan, sedikit menurut saya, saya tahu ada teman di Indonesia yang bisa berganti pacar 2 minggu sekali dan itu hampir pasti dia sempat melakukan hubungan seks dengan pacarnya, saya tahu ada orang-orang yang sangat menyukai hubungan satu malam, bila dia melakukannya di setiap minggu 2 kali, berapa orang yang sudah dia tiduri dalam sebulan?
Dan orang Barat itu, dengan budaya free sex-nya, masih banyak yang ingin menikah, bagi orang Indonesia yang menikah supaya halal, pasti mereka akan memilih tidak menikah donk, buat apa, tanpa menikah saja sudah bisa, sah, dan tidak salah secara norma. Kenapa orang-orang Barat itu masih ingin menikah? Padahal itu berarti mengungkung kebebasan mereka sebelumnya, secara norma dan hukum. Kalau di Indonesia kan berarti sudah terkungkung dari awal, jadi perbedaan dari menikah adalah bisa melakukan dengan satu orang, secara eksklusif. Sementara bagi orang barat, berarti mereka yang bebas, rela terkungkung dalam institusi pernikahan. Untuk apa?

Copyright © Johannes Dwi Cahyo | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | BTheme.net      Up ↑