Tuesday, November 10, 2009

Kenapa Cay makan Saksang??

Karena enak..hahaha..jelas itu alasan utamanya. Apa sih makanan yang lebih enak dari daging babi? Apalagi kalau dimasak saksang atau panggang…hhohoho..nikmat kali.
Tapi di perjanjian lama ada kan larangan buat makan ini daging cay?
Deut 14:8 Juga babi hutan, karena memang berkuku belah, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu. Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan janganlah kamu terkena bangkainya.

Isa 66:17 Mereka yang menguduskan dan mentahirkan dirinya untuk taman-taman dewa, dengan mengikuti seseorang yang ada di tengah-tengahnya, yang memakan daging babi dan binatang-binatang jijik serta tikus, mereka semuanya akan lenyap sekaligus, demikianlah firman TUHAN.

Itu di Perjanjian Lama.
Ribuan tahun kemudian ada tokoh baru yang muncul. Pandangannya praktis dan filantropis (filantropis = mencintai kemanusiaan). Perlahan-lahan ia memberi pelajaran kepada orang banyak tentang moral (yang dikemas dalam budaya dan kebiasaan setempat tentunya) dan banyak orang bersedia menjadi muridnya.
Ia merelatifkan aturan-aturan lama yang ribet dan mengembalikannya kepada esensi dari aturan tersebut yaitu manfaatnya bagi kemanusiaan. Ia melepaskan yang tidak essensiel sehingga tidak membebani manusia secara tidak perlu.
Salah satu dari aturan itu adalah tentang makanan tsb.
Dikatakannya, bukan apa yang masuk kedalam mulut yang menjadi permasalahan, melainkan apa yang keluar dari mulut yang menjadi persoalan.
Pengikut2nya, yang menyebut diri sebagai "orang Kristen" menginterpretasikan apa yang masuk sebagai makanan dan apa yang keluar sebagai kata kata.
Tidak ada makanan yang "haram" kalau bersih, memenuhi syarat kesehatan, tidak beracun dsb.
Tapi yang keluar dari mulut perlu diperhatikan. Jangan sampai memfitnah, memaki-maki, menyakiti hati, mengumpat jahat dll semacam itu.
Maka sejak itu orang2 Kristen itu tidak lagi berpegang lagi pada larangan kuno semacam itu. Dalam banyak pelajaran tentang membaca Alkitab (kitab sucinya orang-orang ini) yang disebut dengan istilah hermeneutika, juga dijelaskan bahwa Alkitab dipahami dengan 4 macam cara. Ada yang sebagai perlambang, harafiah, pendidikan dsb. Yang soal babi itu dianggap sudah direvisi secara rasional oleh orang itu. Orang itu cukup mengagumkan dan mendapat banyak simpati dan kekaguman dari orang2 generasi sesudahnya.
Selain soal makanan, orang itu juga merevisi BANYAK hal lain, sehingga aturan2 bagi manusia dipahami bukan sebagai BEBAN, apalagi SIKSAAN, melainkan sebagai sarana untuk menciptakan kebaikan2 demi kemanusiaan. Seluruh Alkitab yang banyak aturan rumitnya itu bisa disarikan dalam satu kata saja: KASIH.
Yang bertentangan dengan itu, menyulitkan, merepotkan, mengganggu kebahagiaan manusia, tidak diwajibkan lagi bahkan ditiadakan.Misalnya poligami, meskipun di Perjanjian Lama dicontohkan banyak raja-raja melakukannya, dalam norma kristiani yang sekarang tidak lagi diperbolehkan karena merupakan ketidak-adilan gender. Apalagi soal makanan.
Paradigma orang Kristen sudah tidak terpaku pada ketaatan, melainkan pada KASIH. Dasarnya adalah tetap, kemanusiaan. Ketaatan tidak dilakukan dalam rangka "taat" itu sendiri tapi dalam rangka "kemanusiaan". Jadi bila mudharatnya lebih besar daripada manfaatnya, dikaji ulang dengan "diterangi oleh RohKudus" - ini istilahnya untuk Hati Nurani dan Akal Sehat. Kalau bermanfaat bagi kemanusiaan, ya diterima atas azas tsb. Kalau mencedarai kemanusiaan, bertentangan dengan hati nurani dan akal sehat itu, maka dalam rangka pemahaman Kasih yang lebih benar, maka makan babi dianggap tidak bermasalah. Permasalahan dengan orang Kristen soal babi tsb menjadi bergeser, dari soal ketaatan (asal taat persis sama huruf2 yang ada - tanpa interpretasi yang cukup), menjadi soal alasan rasionalnya. Kalau secara rasional babi itu ditengarai mengandung racun atau zat membahayakan, maka atas dasar KASIH yang sama maka akan disimpulkan babi terlarang untuk dikonsumsi oleh seluruh orang Kristen. Nyatanya belum terbukti demikian. Bahkan negara yang rakyatnya makan babi, kebanyakan hidup diatas kesejahteraan rata2, seperti Jepang, Cina, Korea, Singapur, dll. Meskipun belum tentu majunya karena makan babi, tapi bisa diambil sebagai sample yang cukup sah melewati jumlah populasi dan rentang waktu yang mencukupi bahwa babi tidak berbahaya bagi kesehatan.
Di negara yang tidak melakukan pengharaman babi secara khusus, seperti AS, Negara2 Eropa, Rusia, Australia, rata rata negaranya maju, sejahtera dan cerdas2 rakyatnya. Adalah suatu keberuntungan orang Kristen memegang paradigma yang cukup rasional seperti itu. Menjadi bekal penting untuk menapak kepada pemajuan peradaban dunia. kalau merugikan diri sendiri, sebaiknya torat disingkirkan?
Lebih tepatnya: kalau merugikan manusia (kemanusiaan), sebaiknya torat (termasuk Alkitab) diinterpretasikan lagi siapa tahu interpretasi sebelumnya kurang "diterangi Roh Kudus". Kasih itu UNIVERSAL. Kalau manusia "cedera" kemanusiaannya, pasti ada yang salah dengan interpretasi Kasih tsb.

Categories: , ,

0 komentar:

Copyright © Johannes Dwi Cahyo | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | BTheme.net      Up ↑