Saturday, August 6, 2011

Rasisme di Indonesia


Waktu Bruce Almighty diminta Tuhan berdoa, Lord, feed the hunger and bring peace to the entire world.Kata Tuhan, Thats good, but just pray what you really want.
Awalnya bukan mau menulis tentang tema ini, cuma kepikir nulis laporan perjalanan selama ke bogor kemarin. Saya ke bogor ada beberapa kepentingan, mulai dari main sama kakak, ke gereja bareng Dito atau Kakak, ketemu Mas Galih untuk memperlihatkan desain web dan tentunya juga refresh sejenak dari udara Jakarta.
Seperti biasa rencana saya sangat bagus, berangkat dengan busway dari halte Layur yang bisa dicapai dari kost cukup dengan berjalan kaki sekitar 5 menit saja. Naik busway kea rah Dukuh Atas, sebenarnya saya bisa turun di Manggarai dan naik KRL dari situ, tapi karena malas jalan dan berpikir siapa tahu bisa dapat tempat duduk kalau berangkat dari stasiun Kota, saya akhirnya memilih untuk sambung lagi Busway jurusan Blok M – Kota dan langsung membeli tiket begitu sampai. Sayangnya saya kurang beruntung, jadwal keberangkatan selanjutnya jam 10.35, sementara saya datang pukul 9.30. Masih ada 1 jam lebih, akhirnya saya gunakan untuk makan lagi di pagi itu. Saya memilih Kedai CFC (makanan jaman SMP ^_^), dan membeli Koran Kompas, lumayan sangat mengisi waktu dan berguna, baru keluar sebentar dari CFC, keretanya sudah datang dari Bogor, naiklah saya, dan benar saja, tempat duduknya masih cukup longgar.
Saya duduk di bagian pojok, sebelah saya akhirnya diisi seorang mba2  dan sebelahnya ada bapak2, sebelahnya lagi ada seorang ibu dengan dua anak yang masih kecil. Dan disiniah masalah terjadi, si anak ibu itu memang cukup aktif dan rebut, mungkin Bapak sebelahnya benar-benar terganggu karena itu, saat anak itu mau minum dari botol minumnya, tiba-tiba si Bapak membentak dengan keras, intinya memperingatkan anak itu jangan banyak polah, kalau sampai air minumnya menumpahi dia, dia bakal marah atau giman gtu ke ibu si anak.
Satu bagian gerbong itu tiba-tiba terdiam dan bingung, sampai ada seorang bapak-bapak lagi yang berdiri di dekat situ bilang, Kamu ga punya anak ya Pak? Anak kecil kok dibentak-bentak.  Dengan diawali bapak itu jadi banyak orang yang bereaksi emosi terhadap sikap si Bapak Pembentak, apalagi keadaan saat itu si anak kecil yang rebut sudah ngumpet ketakutan di ketek ibunya, kayaknya sih udah nangis-nangis (ya iyalah, anak kecil dibentak-bentak gtu). Sudah mulai ada yang mengancam jotos-jotosan, dan adalagi satu komentar yang aneh dari seorang bapak disitu, heh, kamu Cina ya?. Saat mendengar itu saya yang sebelumnya kurang suka dengan si Bapak Pembentak jadi netral lagi, pikiran saya sudah berubah, bukan lagi tentang anak kecil yang akan trauma gara-gara dibentak atau seorang bapak yang akan digebuki oleh orang satu gerbong, saya berpikir, betapa rasisnya orang Indonesia (karena akhirnya bukan cuma Bapak itu yang ngomong tentang ke-Cina-an), atau lebih luas lagi betapa SARA-nya orang Indonesia.
Akhirnya si Bapak Pembentak bisa diamankan petugas keamanan KRL dan dipindah ke gerbong lain sebelum benar-benar dipukuli orang-orang. Tapi pikiran saya sudah benar-benar berubah, saya semakin memikirkan, begitu diskriminatifnya kah orang-orang di Indonesia? Ok, tidak usah digeneralisir untuk semua/setiap warga Negara Indonesia, tapi selama 22 tahun saya hidup, saya sudah sangat banyak mengetahui contoh-contohnya, dalam berbagai sisi kehidupan, dalam berbagai bentuk baik mengenakkan bagi saya atau justru sebaliknya.
Masih sebegitu rasisnya kah orang Indonesia (maaf menggeneralisir, tapi kalau sampel komunitas adalah orang di satu gerbong KRL itu, secara statistic akan bisa diambil kesimpulan orang Indonesia itu rasis)? Atau lebih luas lagi sebegitu SARA-nyakah?
Saat saya mencari kerja, diakhir-akhir masa kuliah juga semakin banyak ternyata saya tahu perusahaan-perusahaan yang rasis atau bahkan menggunakan pembedaan berdasar agama, saya dengan yakin menghindari perusahaan-perusahaan itu.
Saat KKN saya pernah sangat sedih, saat mengajar anak-anak SD didesa, saat anak-anak itu tahu saya beragama Kristen, mereka langsung menyebut-nyebut dosa, neraka dan bersikap langsung aneh, hey man itu anak kecil, bagaimana mereka bisa bersikap begitu?
Di kaskus saya juga seringkali mendapati thread yang membahas ke-SARA-an di Indonesia, pengalaman-pengalaman probadi orang-orang. Bagaimana dunia bisa damai dengan sikap yang seperti ini?
Tidak usah jauh-jauh melihat contoh doa Bruce di film Bruce Almighty tadi, salah satu adik KTB saya juga kalau ditanya pokok doanya, mau didoakan apa, dia beberapa kali bilang, Supaya dunia damai saja mas..
Lanjutan di film Bruce Almighty itu,
Bruce berdoa lagi dan sadar, God, please let her Happy, what I really want is her happiness, whatever it takes for me.
Saya setuju sekalim saat kebahagian, happiness orang lain .menjadi sesuatu yang penting bagi kita, kita selangkah maju emndekati dunia yang damai. Tidak mungkin bagi satu orang dapat membahagiakan seluruh dunia, atau bahkan semua orang yang ada disekitarnya, kalau kita sekedar berusaha membahagiakan orang lain, semua orang lain, kita bakal jadi zombie ceria, orang-orang tidak punya sikap yang membuat beberapa orang disekitarnya gembira. Berbeda sama sekali jika kita menganggap kebahagiaan orang lain itu penting, bisakah anda menangkap perbedaannya?
Imagine there's no countriesIt isn't hard to doNothing to kill or die forAnd no religion tooImagine all the peopleLiving life in peace
You may say that I'm a dreamerBut I'm not the only oneI hope someday you'll join usAnd the world will be as one

Categories: , , , , , , ,

0 komentar:

Copyright © Johannes Dwi Cahyo | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | BTheme.net      Up ↑