"What's in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet." Romeo&Juliet – Shakespeare
Nama saya Johannes Dwi Cahyo Kristanto. Katanya nama itu doa dari orang tua. Bener banget sepertinya. Nama saya kata Ibu maksudnya :
Johannes : nabi Yohanes dari Alkitab, diharapkan saya bisa meneladani hidup seperti beliau, yang katanya tidak ada orang di dunia ini yang lebih mulia dari beliau.
Dwi : nama biasa untuk anak kedua, memang saya anak kedua dari dua bersaudara.
Cahyo : ini dia, saya diharapkan jadi suatu cahaya (padahal saya item.he2..^_^). Cahaya bisa menyingkirkan kegelapan, merubah sesuatu yang gelap jadi terang.
Kristanto : identitas saya yang harus dengan percaya diri saya pegang sebagai orang Kristen (kakak cewe saya namanya Kristanti)
OK banget kan doa dari orang tua saya, jadi bangga punya Orang Tua seperti mereka berdua. Terimakasih Bapak Ibu untuk nama yang diberikan pada saya. Saya berjanji akan berusaha menjadikan doa ini jadi nafas hidup saya juga.
Itu sisi bagusnya. Tapi dalam arti lain saya juga sering kerepotan dengan nama saya. Percayakah? Terutama dengan nama depan saya "Johannes".
Ini fakta-faktanya :
Apalah arti sebuah nama? Arti nama saya sudah saya jelaskan, dan itu doa dari orang tua saya. Bagaimana dengan anda?
Tuhan memberkati.
Johannes : nabi Yohanes dari Alkitab, diharapkan saya bisa meneladani hidup seperti beliau, yang katanya tidak ada orang di dunia ini yang lebih mulia dari beliau.
Dwi : nama biasa untuk anak kedua, memang saya anak kedua dari dua bersaudara.
Cahyo : ini dia, saya diharapkan jadi suatu cahaya (padahal saya item.he2..^_^). Cahaya bisa menyingkirkan kegelapan, merubah sesuatu yang gelap jadi terang.
Kristanto : identitas saya yang harus dengan percaya diri saya pegang sebagai orang Kristen (kakak cewe saya namanya Kristanti)
OK banget kan doa dari orang tua saya, jadi bangga punya Orang Tua seperti mereka berdua. Terimakasih Bapak Ibu untuk nama yang diberikan pada saya. Saya berjanji akan berusaha menjadikan doa ini jadi nafas hidup saya juga.
Itu sisi bagusnya. Tapi dalam arti lain saya juga sering kerepotan dengan nama saya. Percayakah? Terutama dengan nama depan saya "Johannes".
Ini fakta-faktanya :
- Tahukah anda sampai kelas 6 SD saya selalu menulis nama saya "Yohanes Dwi Cahyo"? saya benar-benar tidak tahu kalau nama saya harusnya memakai huruf J dan double N.
- Tahukah anda nama saya di akte kelahiran dan kartu keluarga berbeda? Di KK tertulis "Johanes" di Akte kelahiran tertulis "Johannes"
- Tahukah anda nama di KTP saya juga tidak sama dengan akte kelahiran saya? Di KTP tertulis "johanes"
- Tahukah anda nama di SIM saya pun salah tulis? Tertulis sampai sekarang (sudah perpanjangan padahal) "Yohanes Dwi Cahyo"
- Tahukah anda beberapa bagian dari surat di masa kecil saya bahkan bertuliskan "Yohanes Dwi Cahyono"?
Apalah arti sebuah nama? Arti nama saya sudah saya jelaskan, dan itu doa dari orang tua saya. Bagaimana dengan anda?
Tuhan memberkati.
Selalu saja ada orang yang sinis di dunia ini. Seorang teman saya yang punya profesi sampingan sebagai seorang manajer baru saja mengeluh. Pasalnya ia baru saja mendapatkan kata-kata yang meruntuhkan mentalnya dari seseorang. Di satu sisi ia mendukung, katanya, tapi di sisi lain dia berkata bahwa mereka tidaklah mungkin bisa sukses hingga ke luar dengan kemampuan mereka. "Kata-kata ini menyakitkan" katanya. Saya berkata kepadanya, jadikan itu sebagai cambuk, dan buktikanlah bahwa kalian bisa. Betapa seringnya kita berhadapan dengan orang-orang yang siap meruntuhkan mental kita. Ada banyak karyawan yang mengalami mati kreativitas karena mendapat kata-kata pahit yang melemahkan semangat dan meruntuhkan rasa percaya diri. Ada begitu banyak keluarga yang akhirnya hancur berantakan karena di dalam keluarga itu hanya kritik pedas, hinaan bahkan caci maki isinya. Orang tua kepada anak, anak kepada orang tua, atau suami kepada istri dan sebaliknya. Ada banyak mahasiwa atau siswa yang runtuh mentalnya karena guru atau dosen yang terus menerus mencela dan menghina mereka. Saya pernah menulis di salah sebuah renungan tentang teman saya yang akhirnya membawa kepahitan akibat direndahkan dosennya hingga akhir hayatnya. Sehari sebelum meninggal ia masih membicarakan kepada saya masa ketika ia disepelekan, bagaimana ia menjadi sulit bangkit karena sepatah kalimat saja.