Monday, September 19, 2011

G 30 S PKI

Tiba-tiba, karena inspirasi dari salah seorang teman saya sewaktu Learning Forum Departemen saya, jadi ingin menulis sesuatu tentang G 30 S PKI. Harus diakui ini masih merupakan misteri sampai sekarang, bahkan orang Indonesia yang ikut menyaksikan babak sejarah kelam itupun juga kemungkinan besar tidak mengetahui apa sebenarnya yang terjadi pada saat itu.
Sebelumnya saya mau menceritakan sedikit tentang LF teman saya tadi. Dengan sangat semangat bahkan teman saya menggunakan jas almamater kampusnya saat menyampaikan LF ini, warna jasnya merah. Ternyata dengan uniknya teman saya cuma berusaha memvisualisasikan dan menegaskan salah satu ungkapan terkenal Bung Karno,
Jas Merah, Jangan sekali-sekali melupakan sejarah...
Ok sekali menurut saya niatnya, dan berkali-kali saat menyampaikan LF itu dia bilang kalau jangan sampai kita sebagai generasi penerus saat ini melupakan dan bahkan tidak peduli dengan siapa orang yang akan menjadi pemimpin kita, karena itu menentukan bagaimana kehidupan bernegara kita.
Saya bahkan tidak ikut memilih pada saat pemilu terakhir, menurut pendapat saya pribadi, tidak penting, itu saja, saya sudah apatis karena tidak melihat akan adanya perubahan apapun dari siapa yang menjadi pemimpin Indonesia, saya tidak melihat dampak langsung maupun tidak langsungnya bagi hidup saya, karena saya rasa juga pemerintahan apapun akan berusaha menjaga stagnasi bangsa ini segini saja, tidak akan ada perubahan berarti. Sebagai info juga saya tidak pernah peduli pada saat pemira, semacam pemilu di kampus, baik untuk memilih ketua BEM fakultas, ataupun ketua BEM Kampus, alasannya sama seperti saat pemilu presiden.
Saat LF itu teman saya membagikan beberapa video dan presentasi mengenai sudut pandang G 30 S PKI, memang kebanyakan dari satu sudut pandang saja, golongan sudut pandang baru yang muncul baru setelah Orde Baru runtuh. Tapi cukup baik dan saya jadi tertarik justru pada perbedaan posisi bangsa Indonesia pada masa itu dan masa kini.
Saya lahir dan bertumbuh bisa dibilang pada masa akhir Orde Baru, saya lahir tahun 1989, berarti saat tahun 1998 keruntuhan Orde Baru saya berumur sekitar 9 tahun, sudah cukup umur rasanya untuk bisa menangkap dan sedikit memahami berita, atau mungkin lebih tepatnya mengingat. Yang saya tahu tentang G 30 S PKI saat itu tentu saja sesuai dengan segala buku sejarah dan film doktrinasi Orde Baru yang selalu diputar setiap tahunnya ( filmnya ngeri, sadis, dulu sama sekali tidak tega nonton film itu, padahal sekarang hobi saya film-film thriller seperti Hostel dan Saw ^_^ ).
Sedikit yang saya ingat dari masa itu :
1. PKI atau lebih umumnya komunis itu anti agama, mereka atheis murni, bahkan sempat mendengar ada cerita mengenai doktrinasi PKI pada masa itu tentang atheisme mereka, jadi pada cerita itu diceritakan bahwa kader-kader PKI datang ke sekolah dasar, dan bilang kepada murid-muridnya, "Coba kalian minta roti pada Tuhan, apakah Tuhan akan memberi?". Lalu saat anak-anak SD itu berdoa meminta roti pada Tuhan, tentu saja tidak ada roti yang muncul secara ajaib di hadapan mereka. Kader PKI itu kemudian bilang lagi, "Sekarang coba kalian minta roti kepada kami." Anak-anak SD itu meminta dan tentu saja PKI kemudian membagikan roti kepada anak-anak itu. Intinya mereka ingin menyampaika bahwa Tuhan tidak ada.
2. Dalang kegiatan G 30 S PKI adalah murni PKI, karena mereka ingin menguasai kepempinan puncak di Indonesia.
3. Pembunuhan-pembunuhan Jenderal AD itu dilakukan dengan sangat kejam dan penuh penyiksaan, sangat tidak berperi kemanusiaan dan kemudian dibuang dengan sadis di Lubang Buaya.
4. Komunis sangat berbahaya, saat itu saya menganggapnya seperti Nazi-nya Hitler.
Selepas masa Orde Baru dan memasuki reformasi, seiring bertambahnya usia, pengetahuan dan pertambahan info, saya jadi berpikir ulang mengenai hal-hal ini, salah satu yang awal saya koreksi dari pemikiran awal saya adalah mengenai komunis adalah atheis, saya jadi sangsi akan hal ini, coba lihat keadaan negara komunis, Rusia punya katedral yang sangat terkenal St. Peter, bagaimana bisa kalau beragama bahkan dilarang disana? Karl Marx dan Lenin memang atheis, mereka menganggap agama merupakan wujud negatif dari perkembangan manusia, digunakan hanya untuk memberikan harapan palsu bagi manusia, tapi tidak bisa disangkal kalau Komunis bahkan sangat akrab dan berhubungan baik dengan banyak agama, ada Christian Communist, yang berlandaskan Alkitab dan menganggap bahwa cara hidup sosialist sesuai dengan cara hidup para rasul pada masa lalu ( saya harus bilang secara pribadi, bahwa ini ada benarnya dan secara pribadi memang dari beberapa sisi cukup sesuai ), Komunis dan Islam dalam banyak sejarah negara saling membantu untuk mewujudkan revolusi dan kemudian hidup berdampingan. Ideologi Komunis sendiri memang sebenarnya tidak menyebutkan wajib komunis atau anti-agama. Komunis sendiri yang sebenarnya merupakan sebuah utopia dari masyarakat yang lebih suka cara pandang sosio-kultural politikalnya disebut sebagai sosialis yang merupakan langkah paling awal untuk mencapai komunis, suatu keadaan yang stateless dan classeless.
Eventually, socialism would give way to a communist stage of history: a classless, stateless system based on common ownership and free-access, superabundance and maximum freedom for individuals to develop their own capacities and talents.
Saya simpulkan bahwa Komunis tidak sama dengan Atheis, dan tidak mutlak kalau mereka membenci golongan agama di Indonesia, saya akhirnya lebih melihat ini isu yang ditambahkan oleh suatu atau beberapa pihak untuk menambah reaksi dan doktrinasi pada masyarakat karena agama merupakan isu yang sensitif dan penggerak yang efisien.
Salah satu yang sangat saya ingat adalah kekejaman PKI, bagaimana dengan tidak sadis menyiksa dan membunuh setiap Jenderal tersebut. Saya segera menyangsikannya sejak film tahunan G 30 S PKI tidak lagi diputar, apakah benar adegan-adegan di film itu merupakan rekonstruksi kejadiannya? Saya mencari bukti-bukti, dan tidak menemukan apapun yang dapat mem astikan hal itu, kekejaman seperti cabut kuku, kursi listrik dan tarian-tarian di atas mayat para Jenderal segera menjadi kabur dalam bayangan saya. Dan foto-foto saat pengangkatan mayat dari lubang buaya juga sangat minim, tidak ada hasil visum yang disebarkan, foto yang beredar merupakan karya terbatas dari jurnalis "khusus", yang kebenaran dan kevalidannya segera dapat dipertanyakan. Saya simpulkan memang terjadi dan penculikan dan pembunuhan para Jenderal malam itu, tapi saya tidak yakin penyiksaan kejam dan sadis itu benar-benar terjadi.
Seperti yang saya sampaikan tadi saya bahkan menganggap komunis seperi Nazi yang berusaha melakukan genocide, pembunuhan massal terhadap kelompok tertentu, tapi segera saya lihat fakta kebalikannya, setelah G 30 S PKI, yang terjadi adalah semacam genocide terhadap PKI, anggota partai PKI yang saat itu di Indonesia berjumlah sekitar 3 juta orang, bahkan banyak korban "nyasar" yang seharusnya tidak perlu mengalami penangkapan apalagi pembunuhan, tetapi terpaksa mengalami karena tergabung dalam salah satu organisasi bentukan PKI. Disebut bahwa korban mungkin jutaan orang PKI, diperkirakan sekitar 500.000 sampai 1.000.000 orang, bahkan dari salah satu sumber disebutkan bahwa Edi Sarwo Wibowo menyatakan ia membantai 3 juta anggota PKI di Indonesia. Anggota partai komunis terbesar diluar USSR ini dibantai dalam waktu singkat dan secara sistematis, tanpa meninggalkan apapun, orang penerus ideologi ataupun peninggalan sejarah, catatan apapun. Apakah PKI sebegitu berbahayanya? Saya simpulkan jawabannya Iya, untuk dunia politik, dimana kekuasaan puncak hanya satu dan itu menjadi rebutan.
Salah satu teori konspirasi yang saya baca menyebutkan keterlibatan CIA dalam G 30 S PKI. Saya mempertanyakan ini, Untuk apa orang Amerika ikut serta si pergolakan sejarah Indonesia? Hasil pencarian saya cukup mengagumkan dan justru seperti diawal artikel ini saya sampaikan, betapa berbedanya posisi Indonesia di mata dunia Internasional pada masa itu dan masa kini.
Indonesia pada masa itu dianggap sebagai negara yang sangat penting, pemimpin negara berkembang, memiliki perkembangan yang baik, pemimpin yang kuat, sumber daya manusia yang berlimpah, sumber daya alam yang luar biasa berlimpah, posisi yang sangat strategis.
Seperti kita ketahui saat itu terjadi perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur, Kapitalis dan Sosialis. Dengan posisi Indonesia, jumlah penduduk yang sebegitu besarnya, dan terutama sumber daya yang melimpah, Indonesia menjadi langganan kunjungan diplomat asing untuk memperoleh dukungan Indonesia. Dan luar biasanya saat itu negara saya ini menjadi salah satu pemrakarsa Gerakan Non-Blok. Presiden Soekarno dengan pendiriannya yang kuat, kharismanya yang mantap dan kemampuan diplomasinya sangat-sangat dihargai di banyak negara besar sekalipun. Beliau disambut dengan sangat hormat di Amerika, juga sangat diterima di Cina, beliau tidak memilih poros manapun, tetapi dengan posisi strategisnya kemudian bisa mendapatkan kebaikan dari kedua belah pihak.
Beliau juga sangat vokal di dunia Internasional, saat menyaksikan rekaman pidatonya di PBB, di depan pemimpin dunia, dengan penuh semangat, tanpa pekewuh, dan dengan penuh keberanian tentunya menyampaikan segala keberatannya (sewaktu itu mengenai malaysia) dan bahkan dengan berani keluar dari PBB (sampai sekarang jadi rekor negara yang pernah keluar masuk PBB).
Presiden Soekarno juga terkenal berani menolak dan memfilter investasi asing, beliau tidak serta merta melepaskan segala kemajuan dan aset Indonesia pada penguasaan asing, beliau sudah melihat betapa berbahayanya hal itu.
Betapa kuat dan dihargainya posisi Indonesia sewaktu itu. Sekarang ? (silahkan renungkan sendiri).
Menurut Amerika akan menjadi bencana bila sampai Indonesia jatuh ke negara poros kiri. Salah satu usaha dan langkah salah yang dilakukan oleh Amerika adalah membantu secara diam-diam gerakan separatis di daerah, dan hasilnya akhirnya ketahuan juga saat sebuah pesawat dengan awak Amerika berhasil ditembak jatuh, hal ini juga diakui langsung akhirnya oleh Dubes Amerika saat itu. Tentu saja hal ini justru membuat kepercayaan Bung Karno semakin menurun, dan terlihat semakin condong ke poros Timur, disertai dengan semakin kuatnya Partai Komunis Indonesia yang pertumbuhannya senantiasa dilindungi Soekarno.
Dan saat itu kepemimpian Soekarno yang sangat kuatlah yang nampaknya bisa mempertahankan kesatuan Indonesia, diantara kekuatan politik militer TNI dan PKI. Dan sampai suatu ketika, Soekarno pingsan di salah satu acara kenegaraan. Terbayang di pikiran saya, pasti kedua pihak itu sama-sama langsung berpikir keras, bila Soekarno wafat, siapakah yang akan menjadi pemimpin Indonesia?
Sepertinya saat itu Blok Barat lebih terlihat keinginan campur tangannya, dar Inggris didatangkan ahli propaganda ke Singapura untuk mengisi siaran radio memulai perang propaganda (ini terbukti sangat berhasil), tersebar dua isu besar, adanya Dewan Jenderal di TNI AD dan adanya rencana PKI untuk menggulingkan pemerintahan. Kalau saya bayangkan sebenarnya masing-masing pihak dalam masa tunggu untuk saling menyerang, tapi tidak mau memulai karena akan terlihat sebagai pihak yang salah.
Pada akhirnya seperti kita ketahui bersama, PKI yang bergerak terlebih dahulu, mereka menculik dan membunuh para Jenderal Tinggi TNI AD, tapi yang terjadi setelah itu lebih mencengangkan. Dan hal inilah yang meyakinkan saya, membuat saya berpikir dan menyimpulkan bahwa PKI bukan dalang tunggal, ada suatu pemain lain yang berusaha mendapatkan keuntungan, mungkin Blok Barat, mungkin Soeharto, atau bisa juga pihak lain yang sebenarnya diuntungkan dengan kejatuhan Soekarno dan PKI (investor asing? lihat sejarah Freeport).
Setelah itu menjadi babak aneh di sejarah Indonesia yang mungkin tidak seorangpun tahu bagaimana yang sebenarnya terjadi, supersemar, Soekarno yang sebelumnya begitu perkasa dengan tiba-tiba tidak kelihatan tajinya, PKI yang beranggotakan 3juta masyarakat musnah dalam suatu operasi militer beserta ideologinya dari Indonesia dan adanya kepemimpinan baru yang bertahan 32tahun lamanya.
Ini sejarah, meskipun tidak memiliki kesimpulan apapun, saya menentukan sikap, paling tidak saya bangga melihat bangsa saya punya peran penting dalam dunia, beberapa orang bahkan menyatakan bahwa G 30 S PKI merupakan puncak perang dingin. Luar biasa bukan? Membuktikan bahwa kita punya potensi untuk jadi kuat, besar, dan berpengaruh, tinggal bagaimana kita melakukannya dengan cara yang benar.

*disclaimer:tulisan ini penuh pendapat pribadi dan interpretasi dari pemikiran saya yang dangkal, pengetahuan saya yang sempit dan akses informasi saya yang terbatas*

Categories: , , ,

3 komentar:

Xathrya said...

ra sida mbandung jebule sinau sejarah...
reserved tempat bwt komen, bukmak dulu, nanti kalo sempat ane baca

Johannes Dwi Cahyo Kristanto said...

ha3..iya gan..blajar dikit2..silahkan dbaca..
smoga sgera bisa ke bandung dah..pengeen..ha3

imyadi said...

mas saya minta link downloadnya please. Saya gag ngerti download e-book nya. Jujur deh saya ngga setuju tentang PKI sbg dalang utama. Tolong Kirim ke salah satu catatan blog saya.terima kasih

Copyright © Johannes Dwi Cahyo | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | BTheme.net      Up ↑