Wednesday, September 21, 2011

Layakkah Engkau Marah ?

Dari khotbah hari minggu kemarin. Temanya menarik, mengenai Yunus dan Perumpaamaan penggarap kebun anggur. Yunus yang dikirim ke Niniwe untuk memperingatkan kota itu tapi kemudian mangkir karena tidak mau Niniwe diselamatkan atau diampuni, dan perumpamaan penggarap kebun anggur yang iri dan tidak terima karena orang yang bekerja dengan jam lebih sedikit darinya mendapat bagian upah yang sama, padahal upahnya sesuai perjanjian awal.
Dimulai dari Yunus, Yunus disebut sebagai orang Israel teladan, patriot, Nabi Allah, orang yang luar biasa pada masa itu. Dan seharusnya ia juga orang yang sangat dekat dan mengenal Allah. Yunus membawa kabar ke Niniwe kalau kota.negeri itu akan segera dihancurkan Tuhan karena kejahatannya. Mungkin yang Yunus bayangkan kejadiannya akan seperti Sodom dan Gomora, tapi ia sempat kabur dari tugas ini, karena ia tahu Allah yang pengasih akan mengampuni kota itu bila penduduknya mau bertobat, dan Yunus tidak suka hal itu. Anehkah? Renungkan saja sendiri apakah kita seringkali seperti Yunus atau tidak. Dan akhirnya yang terjadi memang Allah mengampuni Niniwe karena mereka mau bertobat, Yunus marah dan bahkan bilang kalau lebih baik dirinya mati saja. Tuhan bertanya padanya,
Yunus 4:4 Tetapi firman Tuhan: "Layakkah engkau marah? "
Yunus marah, dan Tuhan punya cara istimewa untuk mengajar Yunus. Allah menumbuhkan sebuah pohon jarak untuk menaunginya, dan pada pagi harinya, Allah membuat pohon jarak itu mati meranggas karena ulat pengerat. Yunus yang jadi tidak memiliki pelindung dari panas semakin marah. Dan dengan itu Tuhan kembali menanyakan,
(9) Tetapi berfirmanlah Allah kepada Yunus: "Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?" Jawabnya: "Selayaknyalah aku marah sampai mati."
(10) Lalu Allah berfirman: "Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula.
(11) Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?"
Kemudian dari perumpamaan tentang orang upahan di kebun anggur, seorang Tuan yang mempunyai kebun anggur pergi ke pasar, mencari orang yang menganggur dan kemudian ditawari bekerja di kebunnya dengan upah 1 dinar. Tuan itu mencari pekerja pada pagi, siang dan sore hari, jadi ada pekerja yang bekerja dari pagi, siang dan baru sore hari. Saat pembagian upah, ternyata semua pekerja mendapat upah yang sama, tidak berdasar jam kerjanya, tapi 1 dinar, sesuai perjanjian. Seperti yang diduga dan sebenarnya cukup sering tahu keadaan seperti ini, orang yang bekerja lebih banyak marah, mereka mengira akan mendapat upah yang berbeda, lebih, tapi ternyata tidak.
(13) Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari?   
(14) Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu.
(15) Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?
Sadarlah, kita sering menjadi Yunus ataupun pekerja kebun anggur itu, yang iri karena kemurahan hati, pengampunan, kasih Tuhan kita kepada orang lain, yang biasanya dalam keadaan kita anggap tidak sepantasnya menerima berkat itu.
Dan bahkan perumpamaan ini ditutup dengan ayat yang sering menjadi pertanyaan orang-orang,
(Matius 20:16) Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir."
Orang-orang sering bingung dengan ayat ini. Saya pribadi akan berpikir dengan sederhana saja, kontekstual seperti isi perumpamaan itu, tidak masalah kamu melayani Tuhan dari muda, saat sudah tua, 1 detik sebelum mati, atau kapanpun, upahnya sama 1 Dinar yaitu keselamatan yang dari Allah itu upah pasti, mau kita datang pagi hari dan bekerja, ataupun sore hari, kita datang dan tidak bekerja dengan baik, atau apapun, yang penting kita memenuhi undangan untuk datang bekerja di kebun anggur itu, kita akan mendapat 1 dinar sesuai yang dijanjikan. Saat kita tidak bisa menerima kenyataan mengenai hak prerogatif Tuan yang empunya kebun ini, kita akan menjadi marah, atau mungkin sebelumnya menjadi sombong ("yang terdahulu"), berlawanan dengan yang datang lebih terlambat dan mungkin tidak merasa bekerja keras, saat menerima upahnya, ia akan merasa begitu bersyukur, kerjanya tidak sebanding dengan upahnya, orang itu justru akan memiliki sikap bersyukur dan rendah hati ("yang terakhir"). Tidak ada masalah, keselamatan atau si 1 dinar itu tetap kita terima bagaimanapun juga karena sesuai janji si Tuan, tapi yang membedakan adalah sikap hati kita saat menerimanya, menjadi marah dan sombong atau bersyukur dan rendah hati.

Categories: , , , , ,

0 komentar:

Copyright © Johannes Dwi Cahyo | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | BTheme.net      Up ↑