Thursday, July 21, 2011

Politik Angkot (Taman Bunga atau Telaga Warna?)

Sabtu merupakan hari jalan-jalan. Dan minggu ini ajakan datang dari kakak saya. Dia mau ada pembubaran panitia Paskah kemarin di Taman Bunga Cibodas. Saya lalu diajak karena cukup kenal mereka dan biar ada cowoknya. Langsung mau begitu diajak, lumayan buat cari-cari pengalaman dan spot foto. Saya lalu juga ajak teman saya satu lagi, Yuri dan diijinkan oleh kakak saya. Yuri awalnya agak susah dapat ijin dari mamanya tapi akhirnya bisa juga, lengkap sudah ijinnya dari cowoknya dan mamanya. Rencana kakak saya dan teman-temannya akan berangkat sabtu pagi jam 6 dari pangkalan Damri dekat Botani. Karena yuri akan datang dari Jakarta jadi rencananya saya akan nyusul agak siangan bersama Yuri. Rencana yang bagus bukan?
Saya berangkat ke Bogor dari Jakarta naik shuttle NF, minggu ini bisa dapet ternyata. Dan sampai di kantor sekitar jam 18.30. Saya sempatkan maem di burjo dekat kantor dulu karena saya tahu kakak saya masih di Jakarta, hari itu dia presentasi Direksi. Di burjo saya malah menerima sms dari Dito ngajak untuk menjenguk salah seorang teman kami Mas Muji yang sedang sakit dan dirawat di BMC. Karena toh kakak saya beum pulang saya ikut saja njenguk, jam 8 kami berangkat ke BMC, saya, Dito, K Mel dan Cing2. K Rina yang masih di kantor lalu nyusul langsung ke BMC, kemudian datang juga Mas Aldy dan Rhea. Kita bukannnya menghibur dan menenangkan orang sakit tapi justru becandaan dan bikin rebut, untung kali itu ga diusir saya (banyak sekali pengalaman diusir). Padahal tulisan jam besuk cuma sampai jam19.30 tapi akhirnya kita pulang jam 21.30.
Saya langsung lanjut menuju Parung, kost mbak saya. Dan naik Pusaka tercinta akhirnya sampai sekitar jam 22.40 dan kakak saya masih belum pulang juga. Saya masuk dengan pintu bapak kost. Dan menunggu akhirnya Kakak saya pulang jam 24.00. Dan membawa kabar buruk, teman-temannya membatalkan rencana ke Taman Bunga besok, padahal Yuri sudah pamitan tidur tadi. Akhirnya diputuskan kita tetap main saja bertiga paling ngga.Saya sih OK2 saja. Tetap berangkat.
Besok paginya saya bangun karena sms dari Yuri, dia bilang sudah di KRL Bogor. Padahal saya baru bangun, langsung mandi dan membangunkan kakak saya. Kakak saya agak susah bangun karena memang kecapekan sih. Akhirnya bisa bangun juga dan kami naik angkot ke stasiun Bogor sementara Yuri sudah sampai duluan, mana jaraknya jauh juga dari Parung ke stasiun Bogor. Untung Yuri sangat sabar menunggu dan di perjalanan sudah kami kabarkan kalau teman-teman kakak saya batal ikut, jadi kita langsung cari-cari orang biar lebih rame acara jalan-jalannya. Dari sekian banyak yang kami hubungi akhirnya cuma satu yang bisa ikut, Limas cowoknya Yuri. Jadilah kita berempat jalan-jalan.
Rute pertama adalah naik angkot 02 sampai ke sukasari, sebelumnya kami beli sarapan di Indomaret Point. Saya dan kakak saya beli mie goreng Nissin instan yang ternyata ribet masaknya karena harus dibuang-buang airnya, Limas beli Spaghetti dan Yuri ikut beli Burger juga. Angkot 02 dengan lancar sampai ke Sukasari, kami agak khawatir sebenarnya karena kabarnya system buka tutup jalan diPuncak untuk kea rah atas cuma sampai jam 11. Tapi ternyata masih bisa. Naik dah angkot kesana. Karena sebenarnya kita berempat belum pernah ada yang kesana (Yuri pernah waktu SD, jadi ga ingat jalan sama sekali), kita cuma berbekal petunjuk dari teman kakak saya. Karena itulah dimulai sesi tanya-tanya ke Pak Sopir, setelah tanya ternyata memang angkot Cisarua yang kami naiki akan sampai ke tempat bernama Tugu, dimana disitu menurut petunjuk kita masih harus ganti angkot sekali lagi untuk masuk ke taman bunga nya.
Akhirnya sampai ke Tugu yang ternyata jauh dari bayangan saya, ga ada tugunya, karena ternyata Tugu itu nama desa/daerahnya. Kami tanya-tanya lagi disitu dan katanya memang naik angkot kuning untuk menuju Cibodas. Setelah menunggu sekian lama tanya lagi ke orang dan memang katanya angkot kuning jarang dan kami disarankan naik angkot lagi dulu ke arah puncak sampai perhentian angkot kuning Cibodas itu. Dengan berat hati kami akhirnya naik angkot dan kena tariff yang lumayan mahal 25.000 untuk berempat. Karena tidak ada pilihan lain terpaksa kami terima, dan sialnya waktu dijalan naik kami melihat angkot kuning yang turun ke Tugu, dan lebih parah lagi sopir angkot kami menurunkan kami dekat Masjid Atta’un (kayaknya gini ya tulisannya, saya lupa) karena melihat ada angkot kuning, padahal jaraknya masih sangat tidak pantas untuk harga 25rb. Akhirnya naiklah kami ke angkot kuning dan bilang ke Bapaknya kalau kami mau ke taman bunga, dari sini lah terbuka fakta yang aneh. Untuk ke taman bunga kami masih harus naik 3 angkot lagi dan kalau mau ke kebun raya Cibodas kami masih harus naik 2 angkot lagi. Langsung lemes dan males mendengar penjelasan si Bapak tapi kita tetap naik, dan belum lama kita melihat suatu obyek wisata yang catchy, namanya Telaga Warna, mulai berpindah hati dan akhirnya kami pindah tujuan ke Telaga Warna itu saja. Cukup sudah dengan politik angkot itu, kami mau jalan-jalan.












Telaga warna cukup OK sekilas, tiket masuk cuma 2rb dan pemandangan sekitarnya kebun teh, warna langitnya sangat-sangat bagus, dan tentu saja telaganya sangat OK. Disitu juga sedang digunakan untuk tempat foto Pre-Wedding dengan perahu di tengah danau. Langsung masuk ke sesi foto-foto di sekitaran, banyak peralatan outbond, ada flying fox juga, dan ada monyet liar. Monyetnya tapi sudah cukup ramah meskipun si Limas sempat merasakan ancaman gigitan dari si Monyet (benar-benar me”rasa”kan ). Setelah melihat sesaat kami mulai tertarik dengan Flying Fox. Saya tanya-tanya ke bapaknya dan kaget begitu mendengar harganya. 15.000 saja, murah banget pak, padahal lumayan juga flyingfoxnya, si Bapak juga menawari kalau mau naik perahu harganya 10rb. Setelah dipikir-pikir akan lebih menarik perahu, kami jadi menyewa perahu dengan tariff 30rb sepuasnya. Dan memang sangat menyenangkan di perahu, dan lagi bisa sepuasnya. Terbayar sudah kerumitan angkot-angkot tadi.
Kami pulang sekitar jam 3 dari Telaga Warna dan menuju ke Cimory. Sudah tidak sabar untuk makan di Cimory. Perjalanan pulang sekarang sudah lebih mudah, kami langsung memilih angkot Cisarua jadi tidak perlu ganti angkot sampai Cimory. Sempat terhenti karena buka tutup jalan seperti biasa, kami lanjut jalan dengan cukup lancar. Yang menarik di jalan kami semakin yakin dengan fakta banyaknya orang Arab di Puncak (maaf rasis, tapi begitulah kenyataannya), sampai beberapa took memakai dua bahasa Indonesia/Inggris dan Arab. Setelah pulang baru tahu dari Mamanya Yuri kalau orang-orang Arab itu kawin kontrak dan ini sedang musimnya.
Sampailah kami di Cimory, untung langsung dapet tempat duduk dan bisa pesan. Uniknya kami semua pesan hidangan sosis, masing-masing beda jenis saja. Sehabis pesan saya ke took depan dan beli satu botol susu segar rasa coklat dan satu yoghurt mixfruit. Hidangan tidak terlalu lama datangnya. Langsung disantap, saya pribadi memang suka sosis di Cimory, sebelumnya baru sekali coba dan menurut saya enak. Setelah kekenyangan makan kami lanjut foto-foto karena di bawah ada tempat bermain penuh sapi-sapian yang lucu.
Kami pulang dengan angkot Cisarua lagi dan sampai di Elos, kembali lanjut naik 02 karena Yuri akan langsung pulang dengan KRL. Di jalan macet dan hampir saja Yuri ketinggalan kereta, saya dan kakak saya lanjut ke Parung dan Limas pulang ke daerah IPB.
Main-main yang menyenangkan, ribet naik angkot tapi justru ketemu obyek yang tidak disangka-sangka dan ditutup dengan makan puas di Cimory. Terimaksih Tuhan untuk jalan-jalan kali ini.

Categories: , , ,

Lokasi: Telaga Warna, Jalan Raya Puncak, Pacet, Indonesia

0 komentar:

Copyright © Johannes Dwi Cahyo | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | BTheme.net      Up ↑